Senin 26 Feb 2018 11:23 WIB

Mengenal Sosok Kaligrafer Jenius di Era Utsmaniyah

Istanbul tampil sebagai pusat perkembangan seni kaligrafi.

Pengunjung melihat kaligrafi saat pameran Sejarah Islam di Nusantara yang digelar di Kantor PBNU, Jakarta, Senin (30/1).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Pengunjung melihat kaligrafi saat pameran Sejarah Islam di Nusantara yang digelar di Kantor PBNU, Jakarta, Senin (30/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seni kaligrafi memang tidak berasal dari Turki. Meski demikian, bangsa Turki mampu menguasai seni Islam ini dan mengembangkannya dengan sangat baik. Istanbul, sebagai pusat pemerintah Turki Utsmani, tampil sebagai pusat perkembangan seni kaligrafi.

Dari kota inilah, lahir karya-karya kaligrafi fenomenal. Di antaranya adalah kaligrafi karya kaligrafer jenius, Syekh Hamdullah al-Amasi (1429-1520). Sejumlah mahakarya Syekh Hamdullah kemudian dipajang di Perpustakaan Sultan Muhammad.

Syekh Hamdullah tak hanya membuat kaligrafi. Ia pun menulis sejumlah buku tentang kaligrafi. Melalui sentuhan tangan dinginnya, ia pun berhasil mengasah talenta sejumlah seniman hingga menjadi kaligrafer andal. Sebut saja misalnya, Hafidz Usman, Yahya Sofi, dan Ali Sofi.

Tak hanya di masa pemerintahan Sultan Muhammad, karya-karya kaligrafi bermutu juga bermunculan pada masa kekuasaan Sultan Bayezid II dan Pangeran Korkut.  Di masa  Sultan Bayezid II, Syekh Hamdullah masih berjaya dengan melahirkan karya-karya kaligrafi yang sebagian besar bergaya yakut. 

Berkat dukungan Sultan Bayezid, ia kemudian mampu menciptakan gaya kaligrafi yang benar-benar baru. Ia misalnya, menggali gaya baru kaligrafi yang disebut aklamisite. Sejumlah karya ''emasnya'' terpajang dan menjadi unsur dekoratif di Istana Topkapi.

''Kehebatan Syekh Hamdullah tampak pada elemen-elemen kaligrafi dan bentuk-bentuk pengulangan yang indah,'' komentar Prof Ugur Derman seperti dilansir laman muslimheritage.

(Baca: Di Era Utsmaniya, Seni Kaligrafi Mendapat Tempat Terhormat)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement