Senin 26 Feb 2018 12:06 WIB

Kampus Perlu Miliki Penerjemah Jurnal Ilmiah

Bahasa jangan menjadi kendala dalam menulis jurnal ilmiah.

Jurnal Ilmiah. Ilustrasi
Foto: scientificjournal.com
Jurnal Ilmiah. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ilmuwan Indonesia di luar negeri menyarankan agar setiap kampus di Tanah Air memiliki penerjemah jurnal ilmiah dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris. Ketua Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I4), Profesor Deden Rukmana mengatakan bahasa jangan menjadi kendala dalam menulis jurnal ilmiah.

"Saran saya, di setiap kampus ada penerjemah untuk membantu menerjemahkan karya ilmiah sehingga dosen maupun profesor tetap menulis dalam Bahasa Indonesia," ujar Deden Rukmana, Senin (26/2).

Sulitnya Menjadi Profesor di Luar Negeri

Sebelumnya, Anggota Dewan Pertimbangan Forum Rektor Indonesia (FRI) Prof Asep Saifuddin mengatakan para dosen dan profesor mengalami kendala menulis dalam bahasa Inggris yang mudah dibaca, sehingga jurnal tersebut ditolak meskipun substansinya bagus.

"Saya lihat, memang budaya menulis jurnal ilmiah di kampus di Indonesia masih didominasi kampus-kampus seperti Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI) maupun Universitas Gadjah Mada (UGM)," kata dia.

Deden juga mendukung adanya Permenristekdikti Nomor 20 Tahun 2017 Tentang Tunjangan Profesi Dosen dan Tunjangan Kehormatan Profesor, karena dinilai mendorong agar dosen-dosen rajin menulis.

"Mungkin profesor yang tua-tua komplain, tetapi mendorong dosen yang muda-muda untuk terus menulis dan berkarya."

Dalam Permenristekdikti 20/2017 disebutkan bahwa tunjangan kehormatan profesor akan diberikan jika memiliki paling sedikit memiliki satu jurnal internasional bereputasi dalam kurun waktu tiga tahun terakhir (2015-2017).

Jika tak memenuhi persyaratan maka tunjangan tersebut akan dihentikan sementara. Namun peraturan tersebut kemudian direvisi dan pemberlakuannya baru akan dimulai pada November 2019.

"Kalau saya sendiri dalam setahun, rata-rata menghasilkan dua karya ilmiah bereputasi internasional. Bahkan banyak yang sains, yang jurnal ilmiah internasionalnya lebih banyak lagi," kata dia.

Deden juga menyarankan agar dalam menyusun karya ilmiah, dosen-dosen di Tanah Air melakukan kolaborasi dengan dosen di kampus lain dan luar negeri sehingga memudahkan dalam penyusunan karya ilmiah.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement