REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Otoritas Turki mengatakan, gencatan senjata yang disepakati Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) tidak akan memberikan pengaruh terhadap operasi militer di Afrin. Turki menegaskan, tetap tidak akan menghentikan kegiatan di kawasan tersebut.
"Kami melihat resolusi DK PBB sebagai perlawanan teroris yang keluar dari jalurnya, itu sebabnya gencatan senjata tersebut tidak akan mempengaruhi operasi yang saat ini sedang berlangsung," kata Wakil Perdana Menteri Turki Bekir Bozdag Bekir Bozdag seperti diwartakan Anadolu Agency, Senin (26/2).
PBB baru saja menyepakati pemberlakuan 30 hari gencatan senjata di Suriah. Hal itu dilakukan untuk memberikan akses masuk bagi bantuan kemanusian ke negara konflik tersebut, terutama di Ghouta Timur. Gencatan senjata diterapkan menyusul jumlah korban jiwa yang berjatuhan akibat serangan di kawasan tersebut.
Baca juga, Ini Jawaban Assad Atas Operasi Militer Turki di Afrin.
Lembaga Observasi Hak Asasi Manusia Suriah mencatatan lebih dari 400 orang tewas dalam serangan udara yang diluncurkan militer Presiden Bashar al Assad di Ghouta Timur. Serangan tersebut juga melukai sekitar 2.500 orang dalam pemboman yang tiada henti-hentinya terjadi di sana selama satu pekan terakhir.
Suriah memang sedang dirundung konflik sejak 2011 lalu saat rezim melakukan tindakan keras terhadap terhadap massa demonstrasi yang menentang pemerintahan. Menurut pejabat PBB, ratusan ribu orang terbunuh dalam konflik itu sampai saat ini.
Bozdag juga mengomentari mantan wakil petinggi militan PYD, Salih Muslum yang sedang menjalani masa tanahan di Praha, Republik Cezka. Dia mengatakan, pemerintah setempat tengah memprakarsai proses ekstradisi Salih Muslum.