Senin 26 Feb 2018 16:25 WIB

Erick: Kejadian Angkat Besi Jangan Terulang pada Cabor Lain

Nomor pertandingan yang dicoret merupakan andalan Indonesia untuk merebut emas.

Rep: Fitriyanto/ Red: Israr Itah
Ketua KOI dan INASGOC Erick Thohir.
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Ketua KOI dan INASGOC Erick Thohir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kejadian pada cabang angkat besi, di mana ada pencoretan salah satu nomor pertandingan pada Asian Games 2018, diharapkan tidak terjadi lagi pada cabang lain. Apalagi nomor pertandingan yang dicoret merupakan andalan Indonesia untuk merebut medali emas.

Ini diungkapkan Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Erick Thohir di Wisma Atlet Kemayoran Jakarta, Senin (26/2). "Pencoretan dilakukan federasi internasional cabang olahraga yang bersangkutan, seharusnya pengurus cabang olahraga yang tahu terlebih dahulu," kata Erick.

Segala yang berkaitan dengan nomor pertandingan, menurut Erick, seharusnya diketahui dengan baik oleh pengurus cabang olahraga yang bersangkutan. Ia menyebut pengurus harus akrab dengan federasi internasional. Sehingga, apa pun yang diputuskan federasi internasional, mereka terlebih dahulu mengetahui. 

"Untuk pencoretan nomor angkat besi kelas 62 kg, KOI tidak bisa sendiri, butuh dukungan dari banyak pihak. Kami sudah mengajukan surat ke Federasi Angkat Besi Asia (AWF) tetapi sampai saat ini belum ada jawaban," kata Erick yang juga menjabat sebagai Ketua Panitia Penyelenggara Asian Games 2018 (INASGOC).

Erick juga mengungkapkan kalau federasi internasional sudah memutuskan, KOI maupun OCA tidak bisa mengintervensi. "Pencoretan kelas 62 kg apakah hanya di Asian Games 2018, atau memang program sampai Olimpiade Tokyo 2020. Kalau hanya Asian Games 2018 perlu dipertanyakan pencoretan tersebut," tegas bos Grup Mahaka Media ini.

Selain itu, Erick juga meminta pengurus cabor menjalin hubungan baik dengan federasi serupa dari negara lain. Ini terkait lobi untuk menggelar nomor tertentu.

Ia mengatakan, walau sudah ditentukan 462 nomor pertandingan digelar pada Asian Games 2018, bisa saja jumlah tersebut berkurang jika negara peserta yang ikut tak memenuhi kuota. 

"Minimal satu nomor pertandingan itu diikuti oleh enam negara. Kalau kurang dari itu dipastikan akan dicoret nomor pertandingan tersebut," jelas Erick.

Untuk semua cabang potensial meraih medali bagi Indonesia, Erick mengimbau mereka terus menjalin komunikasi dengan calon peserta dari negara lain. Ia meminta jangan sampai pesertanya kurang dari enam negara sehingga nomor yang tadinya berpeluang merebut emas malah tidak jadi dipertandingkan.

Atlet angkat besi Eko Yuli Irawan terancam gagal menyumbang medali emas Asian Games 2018 untuk kontingen Indonesia. Ini menyusul pencoretan perlombaan kelas 62 kg oleh AWF.

Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Angkat Berat dan Binaraga Seluruh Indonesia (PB PABBSI) Joko Pramono mengungkapkan hal ini tengah pekan lalu. ia mengatakan, keputusan tersebut tertuang dalam surat pada 11 Februari dan ditandatangani oleh Presiden AWF Mohamed Yousef Almana.

Joko mengatakan pencoretan kelas perlombaan 62 kg bukan hanya dapat mempengaruhi target medali PB PABBSI, tetapi juga kontingen Merah-Putih.  "Pengurangan nomor kelas perlombaan memang ada pada Olimpiade Tokyo 2020 mendatang dengan total kelas perlombaan sebanyak tujuh. Tapi dalam Olimpiade Rio 2016, kelas perlombaan sebanyak delapan kelas," ujar Joko.

Pengurangan kelas perlombaan itu, menurut Joko, menyusul kasus doping pada Olimpiade Rio 2016. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement