REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinas Perhubungan dan Transportasi (Dishubtrans) Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta akan melakukan penataan ulang rute (rerouting) angkot di kawasan Tanah Abang. Hal ini dilakukan untuk menghindari pengurangan pengemudi angkot di wilayah tersebut.
"Ini mau tidak mau harus dilakukan rerouting. Setelah rerouting kan ada pengurangan. Nah ini yang harus kita lakukan," kata Kepala Dishubtrans Andri Yansyah di Balai Kota, Senin (26/2).
Andri mengatakan, data awal yang dimiliki Dishubtrans dari hasil rapat dengan para pengemudi angkot menunjukkan ada sekitar 200 pengemudi angkot di Tanah Abang. Padahal, kawasan itu idealnya hanya membutuhkan 92 orang pengemudi per trayek.
Andri mengatakan akan melakukan pemeriksaan kepada 116 pengemudi yang belum terakomodasi. Pemeriksaan itu meliputi kelengkapan data, surat-surat, kesesuaian dengan fisik kendaraan, masa berlaku surat, hingga kondisi fisik kendaraan.
"Kita tanya dulu nih fisiknya ada nggak? Kadang-kadang ada data doang. Suratnya ada nggak? Kadang ada datanya suratnya nggak ada, bodong. Ini kan kesepakatan," kata dia.
Hasil pemeriksaan ini akan menunjukkan berapa banyak angkot yang wajib diakomodasi oleh Pemprov DKI. Andri berpendapat bahwa angkot yang tidak memenuhi aturan, tidak akan diakomodasi.
"Selama ini kan bilang 200 kok cuma 92, sisanya kita lihat. Seandainya nggak ada armadanya masa kita pikirin? Kalau nggak ada suratnya? Inilah yang saya kasih waktu, saya bilang saya minta data dari pemilik, biar yang punya kasih ke saya. Dia minta waktu satu minggu," ujar dia.
Andri mengatakan, dengan skema OK OTrip, satu angkutan membutuhkan dua pengemudi. Ada tujuh trayek di Tanah Abang. Dengan rata-rata 80-90 pengemudi per trayek, Republika.co.id memperkirakan Dishubtrans akan membutuhkan sekitar 560-630 pengemudi.
"(Idealnya) 92. Itu satu trayek ya. Kalau Kalau dirata-rata 80-90 itu kan 7 trayek dikalikan saja," ujar Andri.
Dengan perkiraan ini, Andri memperkirakan tidak perlu ada pengurangan pengemudi angkot di Tanah Abang. Dishubtrans juga berencana menyediakan angkutan malam hari (amari). Ia memperkirakan jumlahnya mencapai 10-20 persen dari trayek yang sudah ada.
Andri menambahkan, penataan trayek seperti ini wajar dilakukan. Dengan adanya rerouting, angkot tidak perlu ngetem untuk mengangkut penumpang hingga penuh. Akan ada angkot lain yang mengangkut mereka.
"Harusnya hanya menjadi feeder saja. Makanya kita katakan pasti bukan hanya di Tanah Abang, tapi trayek yang lain pasti kekurangan trayek," kata dia.
Secara keseluruhan, Dishubtrans dan Organda DKI mencatat ada 157 trayek dengan jumlah 12.500 armada di Jakarta. Padahal, DKI diperkirakan hanya membutuhkan 97 trayek dengan lebih dari 8.000 armada.
Dengan jumlah dua pengemudi per kendaraan, maka Dishubtrans membutuhkan 16.000 pengemudi. Dengan begitu, 4.500 pengemudi yang belum terakomodir tidak akan mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). Beberapa operator justru membutuhkan lebih banyak pengemudi untuk memenuhi kekurangan 3.500 orang.
"Bahkan dari 8.000 kalau seumpamanya 20 persen saja udah jalan semua berarti kita harus siapkan amari kan. 20 persen dari 8.000, 1.600 berarti kita butuh segitu lagi. Nanti satu armada tiga sopir," kata Andri.