Selasa 27 Feb 2018 15:18 WIB

Rusia Perintahkan Gencatan Senjata Harian di Ghouta Timur

Gencatan senjata akan dilakukans selama lima jam setiap hari.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Dua orang anak memperoleh penanganan medis setelah terpapar gas beracun di Desa Shifunieh, Ghouta Timur, Suriah, Ahad (25/2).
Foto: Mohammed Badra/EPA-EFE
Dua orang anak memperoleh penanganan medis setelah terpapar gas beracun di Desa Shifunieh, Ghouta Timur, Suriah, Ahad (25/2).

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia mengatakan akan membuat koridor evakuasi dan akan menerapkan gencatan senjata harian selama lima jam setiap hari di Ghouta timur. Gencatan ini dilakukan untuk memungkinkan warga sipil meninggalkan wilayah tersebut.

Namun Rusia tidak menjelaskan bagaimana cara mereka mengizinkan pasokan bantuan memasuki Ghouta timur. Sebelumnya resolusi Dewan Keamanan PBB telah menuntut gencatan senjata selama 30 hari di seluruh wilayah.

Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu yang dikutip kantor berita RIA, mengatakan Presiden Vladimir Putin telah memerintahkan gencatan senjata di Ghouta timur dari pukul 09.00 pagi sampai pukul 14.00 setiap hari. Putin juga memerintahkan dibuatnya koridor kemanusiaan.

Kepala Pusat Perdamaian dan Rekonsiliasi Rusia di Suriah, Mayor Jenderal Yuri Yevtushenko mengatakan keputusan itu merupakan bagian dari kesepakatan dengan pasukan Suriah. Hal tersebut dimaksudkan untuk membantu warga sipil pergi dan mengevakuasi warga sakit dan terluka.

"Militan menahan ratusan sandera, termasuk wanita dan anak-anak, dan menolak membiarkan mereka pergi," ujar Yevtushenko.

photo
Seorang anak dan pria memperoleh penanganan medis setelah terpapar gas beracun di Douma, Ghouta Timur, Damaskus, Suriah, Ahad (25/2).

Komite Internasional Palang Merah (ICRC) di Jenewa menyambut baik tindakan yang memungkinkan evakuasi medis. Namun juru bicara ICRC Iolanda Jaquemet mengatakan masih dibutuhkan lebih banyak pasokan bantuan vital, seperti obat-obatan, makanan, dan bahan untuk memurnikan air.

"Ini adalah tempat yang berpenduduk 400 ribu orang dan kebutuhan kemanusiaannya sangat besar," kata Jaquemet.

Juru bicara Badan Kemanusiaan PBB di Damaskus, Linda Tom meminta resolusi Dewan Keamanan PBB segera diimplementasikan sepenuhnya. "Sehingga PBB dan mitranya dapat memberikan bantuan kemanusiaan kepada mereka yang membutuhkan, terutama yang berada di Ghouta timur," ungkap Tom.

Dia mengatakan sedikitnya ada 30 orang yang telah terbunuh di Ghouta timur dalam 48 jam. Pada Senin (26/2), otoritas kesehatan di sana mengatakan tujuh anak kecil tewas terbunuh akibat serangan udara dan artileri.

"Ghouta Timur tidak bisa menunggu, inilah saat yang tepat untuk menghentikan neraka ini di muka bumi," jelas Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres kepada Dewan Hak Asasi Manusia PBB di Jenewa.

Rusia, bersama dengan milisi Iran, merupakan pendukung utama Presiden Suriah Bashar al-Assad dan bergabung dalam perang pada 2015. Mohamad Alloush, kepala politik salah satu faksi pemberontak terbesar di Ghouta, mengatakan tentara Suriah dan sekutunya telah meluncurkan serangan darat yang besar setelah resolusi PBB dikeluarkan.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement