REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Petugas forensik menemukan seorang anak berusia 13 tahun di negara bagian Victoria, Australia yang menderita alergi parah meninggal di rumah sakit akibat reaksi anestesi yang diberikan kepadanya oleh staf rumah sakit. Dia mengalami serangan anafilaksis (serangan alergi yang parah yang bisa mengancam nyawa) saat menyantap sarapannya.
Louis Tate meninggal di Rumah Sakit Frankston pada Oktober 2015, dan sebuah penyelidikan forensik atas kematiannya pun dilakukan. Remaja tersebut, yang menderita alergi susu, kacang-kacangan dan telur dirawat setelah mengalami serangan asma.
Sidang kasusnya mengungkap dapur di rumah sakit tidak mencatat alerginya dengan benar, dan Louis telah mengeluh kepada ibunya lidahnya terasa sakit setelah sarapan pagi. Ibu Louis, Gabrielle Catan mengatakan, pada pemeriksaan ia yakin anaknya meninggal karena reaksi alergi terhadap makanan tersebut.
Louis selalu membawa obat EpiPen jika terjadi serangan anafilaksis. Tapi, pada Senin (26/2), petugas forensik Phillip Byrne menentukan anak laki-laki tersebut meninggal karena reaksi terhadap anestesi yang diberikan kepadanya sebagai tanggapan terhadap serangan anafilaksis tersebut.
Ia mengatakan, anestesi menyebabkan kondisi yang sangat langka yang disebut hipertermia ganas. Byrne menemukan, reaksi alergi terhadap sarapan merupakan faktor pendukung kematian Louis karena itulah alasan mengapa ia membutuhkan anestesi untuk diintubasi (dimasuki selang atau tabung melalui mulut atau hidung), namun ternyata tanggapan medis di Rumah Sakit Frankston masuk akal dan memadai.
Louis masih bernyawa jika rumah sakit tak sediakan sarapan
Perawat yang bertanggung jawab atas bangsal anak pada saat itu, yakni Helen Hutchins sebelumnya mengatakan kepada pengadilan alergi pasien biasanya ditulis di papan tulis dapur, tapi hal itu tak menimpa bocah berusia 13 tahun tersebut.
Rumah sakit sekarang memiliki sistem komputerisasi untuk melacak alergi dan kondisi lainnya. Ayah Louis, Simon Tate mengatakan, temuan tersebut membawa beragam emosi bagi keluarga tersebut.
"Kami yakin petugas forensik benar-benar telah mengonfirmasi sesuatu yang selalu kami ketahui, ada alergen pada sarapan pagi yang disantap Louis," sebutnya.
Simon mengatakan ia percaya alergi Louis dan penggunaan EpiPen lebih baik dikelola di organisasi masyarakat seperti pramuka daripada di rumah sakit. "Pada akhirnya, diketahui Melbourne adalah salah satu ibu kota alergi di dunia, jadi bagaimana mungkin sistem kesehatan masyarakat kami mengalami keadaan seperti ini," sebutnya.
Ia meminta Menteri Kesehatan Australia, Greg Hunt, anggota Parlemen lokal urusan keluarga, untuk bertindak berdasarkan sebuah janji dari pendahulunya untuk meminta penyelidikan tentang bagaimana rumah sakit menyediakan makanan.
"Tak ada rekomendasi yang keluar dari hal ini, jadi ada sesuatu yang harus terjadi," kata Simon.
Seorang juru bicara mengatakan Hunt akan mendukung penyelidikan Senat mengenai keamanan pangan atau penyelidikan keamanan pangan yang lebih luas pada umumnya untuk orang-orang dengan alergi.
Menteri Kesehatan Victoria, Jill Hennessy mengatakan, kematian itu "sebuah tragedi" dan Peninsula Health beserta Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan telah membuat sejumlah perubahan pada protokol sejak kematian anak laki-laki tersebut.
Rumah sakit sekarang diminta melaporkan kasus anafilaksis sehingga kasus yang dipicu oleh produk yang tak benar bisa ditangani dengan cepat. "Jika masih ada lagi yang perlu dilakukan atau pembelajaran tambahan yang datang dari kejadian menyedihkan ini, mereka akan diimplementasikan," kata Hennessy.
Juru bicara rumah sakit, Tim Williams mengatakan keselamatan pasien adalah "prioritas nomor satu" mereka.
Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.