REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita menyatakan bahwa beras impor asal Vietnam dan Thailand yang mulai masuk ke Indonesia tidak akan didistribusikan ke sentra produksi atau wilayah-wilayah penghasil beras. Beras impor tersebut akan dipergunakan sebagai stok pemerintah.
"Saya meninjau gudang Perum Bulog untuk memastikan bahwa beras impor benar-benar tersimpan dan tidak masuk ke daerah sentra penghasil beras," kata Enggartiasto di Indramayu, Jawa Barat, Selasa (27/2).
Enggartiasto mengatakan bahwa beras impor yang diperkirakan masuk sebanyak 261 ribu ton hingga akhir Februari 2018 tersebut akan dipergunakan sebagai stok pemerintah untuk melaksanakan Operasi Pasar (OP) ketika harga beras masih berada di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).
Enggartiasto memastikan bahwa Perum Bulog akan menyerap gabah dan beras petani sesuai dengan Inpres Nomor 5 Tahun 2015. Besaran HPP untuk gabah kering panen adalah Rp 3.700 per kilogram di tingkat petani, dan Rp 3.750 per kilogram di tingkat penggilingan.
Sementara untuk gabah kering giling, HPP ditetapkan Rp4.600 per kilogram di tingkat penggilingan dan Rp 4.650 di gudang Bulog. "Bulog akan menyerap, saya pastikan Bulog menyerap. Sudah ada ketentuannya dan ditambah fleksibilitas 20 persen," kata Enggartiasto.
Berdasarkan data dari Sistem Pemantauan Pasar Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kementerian Perdagangan, harga beras khususnya kualitas medium tercatat sudah mengalami kenaikan tipis. Pada Jumat (23/2), rata-rata harga nasional Rp 11.084 per kilogram, dan pada Senin (26/2) menjadi Rp 11.085 per kilogram, atau masih di atas HET yang ditentukan yakni sebesar Rp 9.450 per kilogram untuk wilayah Jawa, Lampung, Sumatera Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi.
Harga tersebut sudah mengalami penurunan jika dibandingkan kondisi pada awal Februari 2018 yang tercatat sebesar Rp11.225 per kilogram.
Sementara berdasarkan data dari Pasar induk Beras Cipinang, tercatat pada Senin (26/2) stok berada pada angka 30.045 ton, atau naik jika dibandingkan dengan kondisi awal Februari 2018 yang sebanyak 23.452 ton.