Selasa 27 Feb 2018 18:56 WIB

MA Pastikan Hakim PK Ahok Bertindak Objektif

MA memastikan hakim pada sidang peninjauan kembali (PK) Ahok akan bersikap objektif.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Bayu Hermawan
Sejumlah massa melakukan aksi unjuk rasa saat berlangsungnya sidang Peninjauan Kembali (PK) terkait kasus penistaan agama yang menjerat Ahok di depan Pengadilan Negeri Jakarta Utara, Jakarta, Senin (26/2).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah massa melakukan aksi unjuk rasa saat berlangsungnya sidang Peninjauan Kembali (PK) terkait kasus penistaan agama yang menjerat Ahok di depan Pengadilan Negeri Jakarta Utara, Jakarta, Senin (26/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Biro Hukum dan Humas Mahkamah Agung (MA) Abdullah memastikan, hakim pada sidang peninjauan kembali (PK) yang diajukan pihak Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam perkara penodaan agama, akan melaksanakan tugasnya secara objektif. Terlebih sidang digelar secara terbuka.

"Tentunya objektif, sidang ini kan disaksikan orang banyak, makanya sidang (berlangsung) terbuka untuk umum untuk di pengadilan tingkat pertama," katanya kepada Republika.co.id, Selasa (27/2).

Pihak Ahok mengajukan PK atas putusan perkara penodaan agama karena menilai ada kekhilafan atau kekeliruan pada hakim. Abdullah mengatakan, tidak ada ukuran-ukuran dasar soal kekhilafan hakim dan MA pun tidak mengatur ihwal ukuran kekhilafan seorang hakim.

"Ini majelis hakim yang menyidangkan yang tahu. Hakim sudah dibekali. Semuanya sudah diserahkan kepada hakim. Nanti kan disidangkan, kedua belah pihak datang, alasannya disampaikan ke sidang untuk objektifitas, apa benar alasan (yang diajukan pihak pengaju) itu," tutur dia.

Hakim PK tidak memutus perkara. Hakim tersebut nantinya membuat berita acara pendapat setelah mendengarkan keterangan dan memeriksa seluruh alat bukti yang dibawa kedua belah pihak. Berita acara itu kemudian disampaikan ke Mahkamah Agung untuk diputus oleh hakim agung.

"Hakim agung memutus berdasarkan hasil pemeriksaan hakim di Pengadilan Negeri Jakarta Utara. Hakim agung memutus berdasarkan penerapan hukumnya saja, apakah hakim tingkat pertama ini sudah benar atau belum," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement