REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Foto hasil edit dari seekor domba yang terluka dengan isi perutnya yang terbuka lebar telah menyoroti betapa kewalahannya para penggembala ternak dalam melawan kawanan anjing liar di Australia Selatan (SA).
Foto-foto itu dipajang di media sosial oleh seorang peternak bernama Aaron Grocke. Foto menunjukkan lubang di bawah pagar anjing dan seekor anjing peternakan yang melawan seekor anjing liar.
"Anjing liar menyebabkan kesulitan dan kerusakan pada peternak domba di SA karena tidak ada dukungan dana pemerintah yang mencoba menghentikan mereka masuk ke wilayah penggembalaan domba," tulisnya di Twitter.
Di Peternakan Arcoona, sekitar 28 kilometer sebelah timur laut Woomera, manajer peternakan Adam Willis, mengatakan ia telah menangkap 160 anjing liar dalam 18 bulan terakhir dan kehilangan ratusan domba yang diserang anjing liar setiap tahunnya.
"Angka kematian itu pasti meningkat dalam beberapa tahun terakhir sejak serangan anjing-anjing liar itu semakin memburuk,” katanya.
Ia mengatakan dirinya telah mempekerjakan salah seorang pekerjanya sebagai pelacak anjing penuh waktu untuk membantu memerangi masalah yang memiliki "dampak besar pada kesehatan mental".
"Masalah ini sudah sampai pada tahap di mana saya benar-benar tak ingin melihat penangkap anjing itu setiap malam," kata Willis.
"Ia selalu kembali dengan menceritakan kepada saya berapa banyak anjing yang ia tangkap, berapa banyak domba teraniaya yang harus disuntik mati. Ini jelas merugikan Anda," ujarnya.
Anjing berkembang biak di bawah pagar pembatas
Serangan tersebut terjadi di sebelah selatan pagar anjing yang membentang lebih dari 5.600 Km dari tenggara Queensland ke tebing Great Australian Bight di barat Australia Selatan. Pagar itu dibangun untuk menciptakan zona eksklusi hama yang akan melindungi ternak dari anjing asli Australia (dingo) di wilayah penggembalaan, namun mereka mendobrak pagar dan berkembang biak dengan anjing liar, termasuk dengan jenis yang lebih besar seperti Alsatian (anjing gembala Jerman).
Geoff Power, mantan ketua Kelompok Penasihat Anjing Liar SA, mengatakan ribuan ekor domba terbunuh setiap tahunnya oleh anjing liar di distrik Mid-North dan Pastoral SA. Tapi anjing-anjing itu tak selalu membunuh kawanan domba.
"Mereka hanya merobek perut domba sehingga domba-domba itu berlarian dengan usus mereka yang terburai," kata Power.
Anjing-anjing itu seringkali menyukai organ tertentu di dalam domba-domba itu dan, dengan begitu banyak ternak yang berkeliaran, mereka sering menyerang satu domba sebelum menyerang yang lainnya dengan cara yang sama, membiarkan mereka mati dengan lambat dan menyakitkan.
Power mengatakan jumlah anjing makin meningkat dan meluas lebih jauh ke selatan. "Di sekitar area Hawker, saya pikir mereka kehilangan sekitar 1.000 domba tahun lalu, dan di beberapa peternakan mereka telah kehilangan beberapa ribu domba selama periode satu tahun. Tahun lalu, di dalam pagar anjing kami menjebak atau menembak sekitar 600 ekor anjing," katanya.
Permintaan akan pelacak penuh waktu
Penangkap anjing liar belum didanai pemerintah sejak awal 2016 ketika program bantuan kekeringan dari Pemerintah Federal Australia berakhir. Sejak saat itu, para pemangku kepentingan telah mendorong tersedianya dua penangkap anjing untuk dipekerjakan secara penuh waktu.
CEO lembaga Livestock SA, Andrew Curtis, mengatakan, dua penangkap kemungkinan akan cukup karena mereka perlu melacak lebih banyak anjing-anjing yang licik. "Ada anjing licik yang melewati pagar dan tak mampu ditangkap oleh barisan pertahanan pertama," katanya.
Kawasan yang terdampak dipenuhi cerita tentang anjing liar yang hampir legendaris -anjing yang bisa membunuh domba yang tak terhitung jumlahnya namun berhasil menghindari penangkapan berulang-ulang. Ini termasuk anjing yang menyebabkan masalah di selatan Orroroo di Mid-North Australia Selatan yang belum mampu ditangkap siapa pun.
Anggaran Australia Selatan untuk menangkal anjing liar
Seorang juru bicara dari Departemen Lingkungan Hidup, Air dan Sumber Daya Alam belum mengatakan apakah mereka akan mempekerjakan penangkap anjing, namun mengatakan bahwa dana senilai hampir 2 juta dolar AS (atau setara Rp 20 miliar) dihabiskan untuk membantu pengelola lahan memenuhi "kewajiban hukum mereka dalam mengendalikan anjing liar".
Ini termasuk dana senilai hampir 750 ribu dolar AS (atau setara Rp 7,5 miliar) dari Pemerintah SA, dan sisanya dihabiskan oleh Pemerintah Federal dan sektor industri. Juru bicara tersebut mengatakan jumlah anjing yang tertangkap bisa dikaitkan dengan aktivitas penangkapan yang lebih banyak, peningkatan pelaporan pemilik lahan dan kondisi musiman.
Mereka mengatakan bahwa layanan injeksi umpan dua tahunan dialokasikan untuk pemilik lahan di wilayah ‘Arid Lands Natural Resources Management Board’ (ALNRMB), serta umpan bersubsidi, potongan harga 50 persen bagi pengelola lahan untuk melibatkan penangkap, dan lokakarya pelatihan dan nasehat.
"Ada kebutuhan akan pendekatan dan komitmen yang terkoordinasi oleh semua pengelola lahan untuk mengatasi masalah tersebut, termasuk pemantauan dan pelaporan, yang menghasilkan pengangkatan Koordinator Anjing Liar Negara Bagian yang ditunjuk pada bulan Maret tahun lalu," kata juru bicara tersebut.
Curtis mengatakan bahwa pedoman tata kelola yang disusun oleh ALNRMB membantu, seperti juga koordinator baru, yang ia inginkan bekerja lebih lama dari masa 12 bulan yang berlaku saat ini. "Tapi kami butuh dukungan ahli untuk menangkap anjing yang tak bisa ditangkap orang," sebutnya.
Willis mengatakan bahwa dana jelas diperlukan untuk mempekerjakan penangkap penuh waktu. "Tak ada gunanya seseorang keluar berburu selama beberapa minggu dan menjebak beberapa anjing. Ini hanya efek kosmetik dan tidak memperbaiki masalah. Kami membutuhkan beberapa konsistensi dan beberapa orang penuh waktu untuk melakukannya," ujarnya.
Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.