REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Komisi D Bidang Kesra DPRD Kota Surabaya menilai kondisi Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) saat ini memprihatinkan karena banyak bangunannya mengalami kerusakan. Ketua Komisi D DPRD Surabaya Agustin Poliana mengatakan, gedung Stadion GBT memang bagus, tapi kondisi bangunannya banyak yang rusak, seperti halnya plafon dan sekat yang sudah jebol, kamar mandinya tidak terawat dan kran airnya banyak yang hilang.
"Tak ada anggaran perawatan, makanya banyak yang rusak," katanya di Surabaya.
Agustin meminta Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Surabaya bisa menjalankan fungsinya dengan melakukan pemeliharaan stadion, termasuk perawaatan kamar mandi dan menyiapkan lampu sorot. Ia mengatakan, banyak lampu sorot yang hilang. Lampu di stadion juga dinilai tidak mencukupi, karena beberapa di antaranya kondisinya mati.
Sementara untuk pembangunan lahan parkir, lanjut dia, Dinas PU Bina Marga dan Pematusan Surabaya siap meratakan urukan. Penguruka harus dilakukan dua kali karena area Stadion GBT dulunya merupakan lahan tambak.
"Untuk rambu-rambu di parkir akan disiapkan Dinas Perhubungan. Nantinya akan dilengkapi dengan lampu sorot," katanya.
Agustin menambahkan perlengkapan lain yang harus dipasang adalah papan skor. Ia mengakui, untuk memasang papan skor membutuhkan anggaran yang relatif besar yakni sekitar Rp 12 miliar. Sedangkan, di APBD 2018 belum ada alokasi anggarannya.
"Apabila dimasukkan dalam PAK (Perubahan Anggaran Keuangan) waktunya mepet, karena peralatan tersebut harus didatangkan dari luar negeri. Makanya dianggarkan pada anggaran murni tahun depan," katanya.
Anggota dewan yang sudah menjabat selama empat periode ini menyayangkan, stadion GBT yang megah hingga saat ini belum memiliki papan skor. Sebagai gantinya, digunakan spanduk.
Agustin merasa prihatin, gedung GBT tidak terpelihara dengan baik. Padahal, stadion kebanggaan arek-arek Suroboyo itu sudah 10 tahun berdiri. Dari pantauannya di lapangan karena berada di lahan tambak, terdapat beberapa konstruksi yang turun.
"Pilarnya memang kokoh, tapi konstruksi-konstruksi kecil mengalami penurunan," katanya.
Ia menengarai, minimnya perawatan karena tidak ada liga, akibat Persebaya terkena skorsing, disamping penyewanya yang tak banyak sehingga tidak ada anggaran operasional. Agustin mengakui biaya pemeliharan stadion sangat mahal, diperkirakan mencapai Rp 100 miliar. Namun, untuk kesiapan Liga, Pemkot Surabaya segera membenahi sejumlah kerusakan yang ada.
Ia memperkirakan sebelum Liga 1 Indonesia berjalan, pada 10 Maret mendatang perbaikan sudah tuntas. Menurutnya, untuk percepatan pembenahan, dan pengadaan barang prosesnya tidak melalui lelang. "Semua pengadaan lewat penunjukan langsung (PL)," katanya.
Saat ini, kata dia, tim anggaran Bappeko dan Bagian Bina Program Kota Surabaya melakukan koordinasi untuk menaksir besaran anggaran yang dibutuhkan dalam perbaikan stadion.