REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Direktorat Cyber Crime Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri menangkap beberapa tersangka anggota Muslim Cyber Army (MCA). Mereka adalah kelompok penyebar kabar bohong dan isu provokatif terkait suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Keberadaan kelompok MCA ini mirip dengan Saracen yang sebelumnya telah diungkap polisi. Sejumlah tersangka MCA ditangkap di lima daerah berbeda, yaitu Tanjung Priok (Jakarta Utara), Pangkal Pinang (Kepulauan Bangka Belitung), Sumedang (Jawa Barat), Palu (Sulawesi Tengah), dan Jembrana (Bali).
Terkait hal tersebut, Wakil Ketua Komisi III DPR, Desmond Junaidi Mahesa mengingatkan kepolisian untuk berhati-hati melempar isu sensitif ke tengah masyarakat. Politisi Partai Gerindra ini mencontohkan tersangka Saracen yang pada akhirnya terbukti hanya seorang ibu rumah tangga.
"Polisi sebut Muslim Cyber Army. Muslim itu konotasinya sekarang semakin buruk di negeri ini. Jika saya komentar banyak, nanti jatuhnya ke politik. Menurut saya, polisi harus hati-hati melempar isu sensitif ke tengah masyaraka. Jangan sembarangan dulu menyampaikan pernyataan prematur," kata Desmond, dijumpai Republika di Denpasar, Rabu (28/2).
Desmond mengantisipasi polisi melempar pernyataan tentang MCA pada level pembuktian yang lemah. Ini pada akhirnya bisa berpotensi merendahkan institusi kepolisian.
"Jangan sampai ini menjadi isu pepesan kosong yang membuat kepercayaan masyarakat ke polisi rusak. Lembaga kepolisian jangan digunakan untuk kepentingan popularitas, berpolitik tak jelas, yang pada akhirnya justru merugikan masyarakat," kata Desmond.