REPUBLIKA.CO.ID, Pada 1 Maret 1954, AS berhasil meledakkan bom hidrogen buatan manusia dengan daya ledak terbesar di dunia di pulau Bikini, bagian dari Kepulauan Marshall di Pasifik. Diperkirakan bom hidrogen itu 1.000 kali lebih kuat dari bom atom yang telah menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki di Jepang.
Bom berkekuatan 15 megaton itu bahkan menghasilkan kekuatan yang jauh lebih besar dari apa yang telah diperkirakan oleh para ilmuwan. Bom tersebut menimbulkan awan jamur raksasa yang menyebar seluas 100 mil dan jatuh ke laut dalam bentuk radioaktif.
Komisi Energi Atom AS mengumumkan, uji coba ini adalah uji coba yang pertama dari serangkaian tes bom Hidrogen yang akan dilakukan AS di wilayah tersebut.
Saat AS mulai melakukan uji coba bom atom pada 1946, penduduk pribumi pulau Bikini dipindahkan ke pulau Rongerik. Mereka dipindahkan lagi ke pulau Ujelan setahun kemudian dan dipindahkan ke pulau Kili pada 1949.
Sebelumnya, bom Hidrogen berukuran 10,4 megaton juga pernah diuji coba pada 1 November 1952 di Enewatak, sebelah barat Pulau Bikini. Ledakan bom ini telah menghancurkan satu pulau dan meninggalkan sebuah kawah sedalam 175 kaki.
Bom ini juga dilaporkan memiliki kekuatan ratusan kali lebih besar daripada bom yang digunakan di Hiroshima dan Nagasaki. Tidak seperti perangkat lain yang mendapatkan energi dengan membelah inti atom, bom atom yang diledakkan di Enewetak ini memaksa inti atom Hidrogen untuk melepaskan kekuatan destruktif yang lebih besar lagi.
Dilansir di BBC, bom Hidrogen yang diledakkan di Pulau Bikini pada 1 Maret 1954 masih menjadi bom buatan manusia dengan daya ledak terbesar di dunia sampai USSR berkekuatan 50 megaton diledakkan pada 1961.
Tiga pekan setelah bom Hidrogen di Pulau Bikini diledakkan, baru diketahui ada sebuah kapal nelayan Jepang bernama Lucky Dragon yang berada dalam jarak 129 km dari zona ledakan pada saat itu. Sebanyak 23 krunya dilaporkan terpengaruh oleh radiasi.
Mereka termasuk di antara 264 orang yang secara tidak sengaja terkena radiasi karena ledakan jauh lebih besar dari yang diperkirakan. Penduduk setempat diberi kompensasi sebesar 325 ribu dolar AS dan akhirnya bisa kembali ke Pulau Bikini pada 1974.
Namun, mereka dievakuasi empat tahun kemudian ketika sisa uji coba bom Hidrogen masih menunjukkan tingkat radioaktivitas residu yang tinggi di wilayah ini. Sedikitnya 23 uji coba nuklir telah dilakukan di Pulau Bikini antara 1946 sampai 1958.