REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Artajasa Pembayaran Elektronis Tbk menargetkan pertumbuhan pendapatan mencapai double digit atau tembus di atas 10 persen di tahun ini. Perseroan meyakini industri pembayaran ke depannya masih sangat meyakinkan.
"Tahun ini kami targetkan tumbuh belasan persen. Untuk profit marginnya kita stay," ujar Direktur Utama Artajasa Bayu Hanantasena, kepada wartawan di Jakarta, Kamis, (1/3).
Artajasa baru saja melakukan penawaran saham perdana atau IPO. Hal itu sebagai strategi korporasi dalam mendukung Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) sekaligus memperkuat permodalan. "Kita mulai tahun ini akan buat lebih. Kita juga ada beberapa bisnis baru, kita terus kembangkan bisnis remittance dan lainnya," kata Bayu.
Direktur Artajasa Nawawi menambahkan, perusahaan akan melepas 437,5 juta saham atau setara 20 persen dari jumlah modal ditempatkan dam disetor penuh. Saham itu dilepas di kisaran harga Rp 850 sampai Rp 1.250 per lembar saham.
Melalui IPO, Artajasa berpotensi mendapat dana sebesar Rp 371,88 miliar hingga Rp 546 miliar. Sebanyak 60 persen dari dana hasil IPO tersebut, kata dia, akan digunakan untuk belanja modal atau capital expenditure (capex).
"Jadi bisa dihitung kira-kira berapa kisaran capex kita," ujarnya. Ia menambahkan, di tahun-tahun sebelumnya total dana capex perseroan tidak pernah mencapai Rp 100 miliar.