Sabtu 03 Mar 2018 07:33 WIB

WHO Prioritaskan 84 Pasien Dievakuasi dari Ghouta

PBB sedang mencari jalur aman untuk dapat memasuki wilayah dan melakukan evakuasi.

Kelompok Syrian Civil Defense menolong seorang warga yang terluka setelah serangan udara terjadi di Ghouta, Damaskus, Suriah, Kamis (1/3).
Foto: Syrian Civil Defense White Helmets via AP
Kelompok Syrian Civil Defense menolong seorang warga yang terluka setelah serangan udara terjadi di Ghouta, Damaskus, Suriah, Kamis (1/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Hampir 100 pasien di Ghouta Timur, termasuk anak-anak, menjadi prioritas menjalani pengungsian medis, ungkap Badan Perserikatan Bangsa-bangsa untuk Kesehatan Dunia (WHO), Jumat (2/3).

Pasian-pasien tersebut merupakan bagian dari 1.000 orang yang sakit dan mengalami luka di kantong Suriah yang terkepung itu. Wakil Direktur dan Kepala Program Tanggap Darurat WHO Peter Salama berharap dapat segera menyalurkan pasokan medis dan alat-alat kebutuhan operasi yang sangat penting ke wilayah di dekat Damaskus tersebut, yang dikendalikan gerilyawan dan ditinggali 400 ribu orang itu.

Setelah Dewan Keamanan PBB menyepakati gencatan senjata selama 30 hari, Rusia mengajukan penghentian selama lima jam sehari, yang segera buyar pada Selasa. Badan-badan PBB sedang mencari jalur aman untuk dapat memasuki suatu daerah dan melakukan evakuasi.

"Yang kami minta sebagai WHO (sekarang) adalah setidaknya persetujuan segera dari pemerintah Suriah dan pihak-pihak yang berperang untuk mengevakuasi mereka yang sakit parah, dimulai dari 84 pasien pertama dalam daftar lembaga-lembaga swadaya masyarakat, badan-badan PBB serta Palang Merah sebagai yang paling mendesak (untuk dievakuasi)," kata Salama kepada Reuters dalam wawancara di markas besar WHO di Jenewa.

"(Daftar) itu termasuk anak-anak, perempuan, orang-orang yang mengalami trauma (luka) terkait konflik di Ghouta timur," ujarnya.

Para pasien di dalam daftar prioritas untuk diungsikan itu meliputi mereka yang mengidap penyakit kanker, jantung atau gagal ginjal, juga orang-orang yang perlu dioperasi karena retina yang terlepas atau kerusakan sendi. WHO telah menulis surat kepada pihak berwenang Suriah beberapa kali untuk mengupayakan pengungsian pasien, yang jumlahnya terus meningkat, dalam beberapa bulan terakhir ini namun tidak pernah mendapat jawaban resmi.

Ia mengutip laporan yang menyebutkan 12 persen anak-anak di bawah usia lima tahun di Ghouta Timur mengalami kekurangan gizi akut sebagai akibat kekurangan makanan. Pemerintah Suriah diduga akan mengizinkan iring-iringan pembawa pasokan bantuan bagi 180 ribu orang memasuki kota Douma di Ghouta Timur pada Ahad, kata direktur untuk Timur Tengah Badan PBB untuk kesejahteraan anak, UNICEF, Jumat.

"Kami sudah siap membawa dalam jumlah sangat besar pasokan medis, kebutuhan operasi, persediaan untuk penanganan gizi buruk, untuk layanan kesehatan reproduksi, pengamanan darah, obat penghilang rasa sakit, obat penyakit ayan, antibiotik, berbagai obat dan kebutuhan dasar," kata Salama.

"Jadi kami sudah siap bersama tim PBB di negara itu dengan truk-truk yang dipenuhi pasokan dan siap memasuki Ghouta timur segera setelah persetujuan diberikan bagi iring-iringan untuk masuk."

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement