REPUBLIKA.CO.ID, GOMA -- Bentrokan antara kelompok etnis gembala Hema dan petani Lendu di Provinsi Ituri, bagian timur laut Republik Demokratik Kongo menewaskan 30 orang, Jumat (2/3).
Bentrokan itu merupakan insiden kedua serupa dalam satu bulan. Ketegangan antara kedua kelompok tersebut sempat terhenti sejak perang pada 1998-2003 namun berkobar kembali dalam beberapa bulan belakangan karena persengketaan soal tanah.
Perang 1998-2003 antara kedua kelompok itu menyebabkan ribuan orang tewas. Setidaknya 30 orang tewas dalam dua hari bentrokan bulan lalu antara Hema dan Lendu.
Kegiatan milisi telah meningkat di wilayah timur perbatasan Kongo dengan Uganda dan Rwanda selama tahun terakhir, sebagian karena tersulut penolakan Presiden Joseph Kabila untuk mundur dari jabatannya pada akhir mandat konstitusional pada Desember 2016.
"Kami menerima data berbeda, tapi (jumlah korban meninggal) sekitar 30," kata Wakil Gubernur Ituri Pacifique Keta kepada Reuters menyangkut bentrokan pada Kamis, yang berlanjut hingga Jumat pagi.
Juru bicara militer Jules Ngongo belum dapat memberikan data soal jumlah korban tewas namun mengatakan pasukan Kongo telah melakukan intervensi untuk memisahkan kedua pihak yang bertikai. "Ini masalah balas dendam oleh kedua masyarakat. Menurut informasi yang kami terima, ada kasus-kasus orang yang kepalanya dipenggal," katanya.
Jutaan orang tewas dalam perang di Kongo timur selama pergantian abad, sebagian besar karena kelaparan dan penyakit. Puluhan orang bersenjata terus beroperasi di wilayah itu, mencuri dari para penduduk setempat dan mengeruk mineral dan sumber-sumber daya lainnya.