REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Sekitar 1.500 wanita di Arab Saudi berpartisipasi dalam kegiatan lari maraton pada Sabtu (4/3). Perhelatan tersebut menjadi catatan sejarah tersendiri bagi kerajaan Saudi sebab ajang itu merupakan yang pertama kali digelar di negeri padang pasir tersebut.
Seperti dilansir laman Anadolu Agency, Ahad (4/3) lari marathon khusus wanita itu diadakan di al-Ahsa, kawasan timur Arab Saudi. Adapun judul untuk kegiatan ini adalah Al-Ahsa Runs. Peserta yang terdiri berbagai kalangan itu menempuh jarak tiga kilometer.
Kegiatan marathon tersebut disponsori sepenuhnya oleh Direktorat Olahraga Umum Saudi, Rumah Sakit al-Moosa dan kota al-Ahsa. Sejauh ini, sekitar 1.500 peserta ikut berpartisipasi dalam ajang perdana tersebut.
Peserta cukup antusias karena ini merupakan pertama kalinya wanita diperkenankan berpartisipasi dalam kegiatan demikian. Kendati digelar di Saudi, namun peserta maraton tidak hanya berasal dari negara tersebut. Adapula peserta dari sejumlah negara yang turut meramaikan.
Kegiatan maraton ini pun dimenangkan oleh Mizna al-Nassar. Wanita Saudi ini meraih medali pertama setelah berhasil mengalahkan peserta lain dari berbagai negara.
Sebelumnya, kerajaan Saudi juga sempat menggelar pameran kendaraan bermotor khusus wanita. Pameran ini diselenggarakan beberapa bulan setelah Arab Saudi mengumumkan pemberian izin mengemudi bagi wanita.
Dalam sebuah keputusan yang dikeluarkan pada September lalu, Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud memerintahkan pencabutan larangan mengemudi bagi wanita. Pencabutan larangan ini akan mulai berlaku pada Juni mendatang.
Pemerintah Arab Saudi kemudian juga telah membuka kesempatan bagi wanita bergabung ke militer. Nantinya wanita yang mendaftarkan diri sebagai tentara tidak akan disiapkan untuk peperangan, melainkan diberi kesempatan untuk ditempatkan di bidang keamanan.
Setidaknya ada 12 persyaratan untuk bisa bergabung ke dalam militer Arab Saudi, diantaranya berusia 25 hingga 35, merupakan warga Saudi dan telah menempuh pendidikan diploma. Wanita dan wali laki-laki mereka seperti ayah, adik laki-laki, atau anak laki-laki harus ditempatkan di provinsi yang sama seperti lokasi kerja mereka.
Keputusan merekrut tentara wanita adalah salah satu dari bentuk reformasi meningkatkan hak wanita yang diperkenalkan beberapa bulan terakhir di kerajaan Muslim konservatif tersebut.