Ahad 04 Mar 2018 20:30 WIB

Ustaz Bachtiar Nasir : MCA yang Ditangkap Polisi Bukan MCA

Tidak ada organisasi ataupun ketua organisasi MCA

Rep: riga nurul iman / Red: Joko Sadewo
Sekjen MIUMI Ustaz Bachtiar Nasir
Foto: Republika
Sekjen MIUMI Ustaz Bachtiar Nasir

REPUBLIKA.CO.ID,  SUKABUMI — Ustaz Bachtiar Nasir memberikan tanggapan mengenai pengungkapan kasus hoaks yang dilakukan orang yang mengaku muslim cyber army (MCA). Dalam pandangannya MCA yang ditangkap polisi bukanlah dari MCA yang sebenarnya.

Hal ini disampaikan Ustaz Bachtiar disela-sela menghadiri tablig akbar persatuan, yang digelar Young Islamic Leader (YI-Lead) dengan aliansi ormas Islam Sukabumi di Masjid Agung Sukabumi, Ahad (4/3) sore.

"Tentang hoaks, tadi saya baca di satu media bahwa penyebar hoaks atas nama MCA bukanlah dari MCA, “ kata Ustaz Bachtiar yang hadir di Sukabumi sebagai Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI).

Dijelaskannya, sesungguhnya sejak awal ditelusuri tidak ada ketua-ketuaan atau organisasi-organisasian MCA. Menurut Ustaz Bachtiar, MCA bisa semua umat Islam seperti ibu-ibu yang memakai daster di rumah. Ia menilai ibu-ibu bisa lebih galak menyampaikan pendapatnya daripada anak muda karena mengetik dengan perasaan.

Sehingga, lanjut Ustaz Bachtiar, tidak pernah ada yang menamakan diri MCA dan itu hoaks. Ia menduga dari kejadian ini ada yang ingin memecah belah.

Oleh karena itu ungkap Ustaz Bachtiar, di tahun politik ini umat Islam harus menjauhi hoaks. Lebih lanjut ia mengatakan hingga kini belum mendapatkan informasi terakhir dari polisi setelah ditelusuri pelaku MCA ternyata bukan MCA. Namun ia menilai saat ini polisi telah bekerja secara obyektif dan profesional.

Terkait masalah hoaks, Ustaz Bachtiar mengatakan konten yang tidak jelas kebenarannya tersebut memang banyak terdapat di media sosial. "Secara keseharian, misal mengenai Islam dan pergerakan melihat banyak pelintiran yang kelihatannya benar, padahal tidak seperti itu, sebenarnya banyak bumbu," imbuh dia.

Bahkan ungkap Ustaz Bachtiar, terkadang orang mengomentari imajinasinya sendiri dan dia sendiri yang komen serta akhirnya ditanggapi orang lain. Oleh karena  itu lanjut dia umat Islam harus hati-hati dan mengedepankan tabayun serta jangan menyebarkan informasi kalau belum tahu ilmunya. Terutama menyangkut nama baik orang lain dan organisasi orang lain serta simbol negara.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement