Senin 05 Mar 2018 10:19 WIB

CISSReC Minta Polisi Publikasikan Konten Hoaks MCA

Pekan lalu Bareksrim Polri menangkap enam admin MCA atas dugaan penyebaran hoaks.

Sejumlah tersangka diperlihatkan saat rilis Pelaku penyebaran isu provokatif dan ujaran kebencian yang terorganisir dengan nama The Family Muslim Cyber Army di Bareskrim Polri, Jakarta, Rabu (28/2).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Sejumlah tersangka diperlihatkan saat rilis Pelaku penyebaran isu provokatif dan ujaran kebencian yang terorganisir dengan nama The Family Muslim Cyber Army di Bareskrim Polri, Jakarta, Rabu (28/2).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Lembaga Riset Keamanan Siber dan Komunikasi atau Communication and Information System Security Research Center (CISSReC) berharap Polri memublikasikan contoh-contoh konten secara detail dari kelompok Muslim Cyber Army (MCA). Pekan lalu Bareksrim Polri menangkap enam admin MCA atas dugaan penyebaran hoaks.

Ketua Lembaga Riset Keamanan Siber dan Komunikasi (CISSReC) Pratama Persadha, Senin (5/3), mengemukakan hal itu terkait dengan penangkapan beberapa aktor penting produsen hoaks MCA. "Ini penting agar masyarakat tahu persis konten seperti apa yang berbahaya dan tidak ikut menyebarkan," kata Pratama.

Apalagi, lanjut Pratama, masih relatif banyak masyarakat awam yang ikut serta menyebarkan walaupun mereka bukan anggota MCA. Menurut dia, masih relatif banyak akun, grup, dan fanpages (halaman khusus) memakai nama MCA saat ini. Belum lagi, kontroversi yang saat ini muncul di media terkait dengan asal usul dan struktur MCA.

Oleh karena itu, pakar keamanan siber itu meminta aparat tetap fokus pada akun-akun yang membuat dan menyebarkan konten hoaks. "Fokus pada kontennya yang meresahkan, bukan foto profil maupun nama akun yang memakai MCA," katanya.

Dari pantauan di Facebook, misalnya, masih ada grup Facebook MCA beranggotan 250.000 akun. Ada puluhan grup dan fanpages serupa di luar akun dan grup yang dikelola para tersangka admin MCA yang telah ditangkap pihak kepolisian.

"Pekerjaan Polri memberantas hoaks masih panjang. Masih ada sebagian masyarakat yang antipati pada penangkapan aktor-aktor hoaks," katanya.

Ia memandang perlu Polri membuktikan dengan menangkap semua produsen konten hoaks dan hate speech (ujaran kebencian). Tidak kalah penting, menurut Pratama, komunikasi Polri di media sosal perlu terus ditingkatkan agar menjadi rujukan utama masyarakat.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement