Senin 05 Mar 2018 15:06 WIB

Aher Sebut Pendidikan di Indonesia Memberatkan Murid

Pendidikan karakter, moral, dan budaya dinilai Aher masih sangat kurang.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Dwi Murdaningsih
Sejumlah siswa Sekolah Dasar (SD) Budi Mulia Dua bermain permainan monopoli raksasa di SD Budi Mulia Dua, Seturan, Sleman, Yogyakarta, Jumat (13/4). Pembelajaran siswa didik melalui permainan luar ruang yang memerlukan banyak gerakan tersebut bertujuan unt
Foto: Antara
Sejumlah siswa Sekolah Dasar (SD) Budi Mulia Dua bermain permainan monopoli raksasa di SD Budi Mulia Dua, Seturan, Sleman, Yogyakarta, Jumat (13/4). Pembelajaran siswa didik melalui permainan luar ruang yang memerlukan banyak gerakan tersebut bertujuan unt

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jabar Ahmad Heryawan mengkritisi sistem pendidikan di Indonesia yang dinilai memberatkan para murid. Sebab, banyak mata pelajaran, khususnya di tingkat TK, SD, dan SMP yang cukup berat. Sebaliknya, pendidikan karakter, moral, dan budaya, saat ini masih sangat kurang.

Aher pun menyampaikan kepada jajaran dewan pendidikan dan dinas pendidikan, bahwa pelajaran SD di Indonesia lebih sulit daripada pelajaran SD di negara maju. Ia mencontohkan, anak-anak di TK dituntut untuk bisa membaca, menulis, dan berhitung, kemudian di kelas 1 SD sudah ada ujian tengah dan akhir semester. Jumlah mata pelajarannya pun sangat banyak dan sekolah kerap memberikan pekerjaan rumah dalam jumlah banyak pula.

Kemendikbud Ingatkan Siswa dan Guru Waspadai Pornografi

Di sisi lain, katanya, masih banyak murid SD, SMP, bahkan SMA, yang tidak bisa membuang sampah pada tempatnya, tidak bisa disiplin mengantre di tempat umum, dan tidak mengerti kehidupan sosial serta budaya di sekitarnya. "Matematika pinter, tapi membuang sampah ke tempatnya saja tidak bisa," kata Aher dalam sambutannya pada Pengukuhan Deean Pemdidikan Daerah Provinsi Jawa Barat di Gedung Sate, Senin (5/3),

Padahal pendidikan di Indonesia, katanya, ditangani oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, dan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Dewan pendidikan di daerah, katanya, harus memberi banyak masukan kepada pemerintah pusat untuk penyelenggaraan pendidikan terbaik di Indonesia.

"Kita ingin merencanakan mendesain pendidikan di Indonesia, khususnya di Jawa Barat, supaya menjadi pendidikan berkarakter, tidak hanya mentransfer pengetahuan, tapi juga karakter, moral, akhlak, dan budaya. Sehingga para siswa bisa membawa karakter dan pengetahuan yang baik," katanya.

Aher berharap dewan pendidikan bisa memantau dan mempelajari secara cepat kondisi pendidikan di Jawa Barat, termasuk kurikulumnya yang dianggap terlalu memberatkan para siswa, kemudian memberikan masukan kepada pemerintah pusat supaya lebih memperhatikan pendidikan karakter.

"Kalau kurikulum dinilai ketinggian, kenapa tidak diturunkan. Kenapa tidak kita bikin kurikulum yang membuat semangat, bukan malah bikin pelajar jadi malas. Tidak ada budaya PR, seharusnya semua selesaikan di sekolah. Di rumah harusnya tinggal pengamatan," katanya.

Kehadiran para profesor atau ahli-ahli pendidikan, katanya, jangan sampai malah membuat kurikulum kian rumit. Seharusnya, membuat pelajaran semakin mudah ditangkap dan diaplikasikan oleh para pelajar dan para pelajar pun semakin nyaman sekolah.

Dalam kesempatan tersebut, Aher juga menekankan pentingnya pendidikan bahasa asing non-Inggris untuk lanjutan pendidikan ke luar negeri. Aher mengatakan sangat banyak beasiswa yang ditawarkan negara berbahasa non-Inggris, seperti Jerman, Prancis, Jepang, Rusia, dan negara-negara berbahasa Arab.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement