REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Arab Saudi dan Mesir membentuk dana gabungan 10 miliar dolar Amerika Serikat pada Ahad (4/3) untuk mengembangkan kota besar pada lebih dari 1.000 kilometer persegi di wilayah Sinai selatan.
Kesepakatan tersebut terjadi saat Putra Mahkota Mohammed bin Salman bertemu dengan Presiden Abdel Fattah al-Sisi di Kairo, pada awal perjalanan pertama Putra Mahkota Mohammed ke luar negeri sejak menjadi ahli waris takhta.
Mesir dan Arab Saudi memperkuat hubungan sejak Sisi mengambil alih kekuasaan pada 2013 setelah menyingkirkan Ikhwanul Muslimin, yang dilarang oleh kedua negara itu dan ditetapkan sebagai kelompok teroris.
Pejabat Saudi mengatakan bagian Riyadh dari dana modal bersama itu akan berupa uang tunai untuk membantu mengembangkan sisi NEOM Mesir, yang diresmikan Pangeran Mohammed pada Oktober lalu sebagai bagian dari rencana menghentikan penghasil terkemuka minyak mentah dunia tersebut bergantung dari pendapatan minyak.
Kesepakatan investasi tersebut menegaskan hubungan strategis antara negara Arab terkaya dan paling padat penduduknya. Kairo mendukung Riyadh dalam pertempurannya melawan petempur Houthi yang didukung Iran di Yaman, dan tahun lalu bergabung dengan gerakan boikot yang dipimpin Arab pada negara Teluk, Qatar, dan setuju untuk menyerahkan dua pulau Laut Merah kepada Saudi, meski mendapat kritik luas di dalam negeri.
Sehari sebelum kunjungan Putra Mahkota Mohammed, pengadilan tinggi Mesir menolak semua keberatan hukum yang berlaku untuk kesepakatan di pulau-pulau Laut Merah. Kunjungan Saudi tersebut dilakukan tiga minggu menjelang pemilihan umum, saat mantan Jenderal Sisi menginginkan masa jabatan kedua. Dia dijamin menang dalam pemungutan suara di mana, para kritikus mengatakan, pihak berwenang telah mengunci lawan atau memaksa mereka menghentikan kampanye pemilihan umum.
Ketika Mesir mencoba untuk menghentikan kerusuhan internal apapun, pihaknya telah berpihak secara tegas kepada Arab Saudi mengenai isu-isu kebijakan luar negeri utama, termasuk pertikaian antara kerajaan Sunni dan musuh Syi'ahnya Iran.
Mesir dengan penuh semangat bergabung dengan Arab Saudi dan sekutu Teluk lainnya pada Juni lalu dalam sebuah boikot perdagangan dan diplomatik Qatar, di mana pemerintah dan medianya dituduh mendukung Ikhwanul Muslimin, ratusan di antaranya anggota Kairo telah dipenjara dan dijatuhi hukuman mati. Doha membantah tuduhan tersebut.
Putra Mahkota Saudi tersebut akan berangkat ke Inggris pada 7 Maret setelah kunjungan tiga hari ke Kairo dan kemudian ke Amerika Serikat, sekutu terdekat Riyadh, dalam beberapa kemudian bulan.