REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Kisah mengenai tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Kabupaten Indramayu yang hilang kontak saat bekerja di luar negeri, kembali terulang. Kali ini, hal itu menimpa Sutiah binti Makmud (38), yang hilang kontak saat bekerja di Yordania.
TKI asal Blok Krajan, Desa Krasak, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu itu telah bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Yordania selama sepuluh tahun. Selama ini, dia tidak bisa pulang karena tertahan oleh majikannya meski masih bisa berkomunikasi.
"Saya berkomunikasi terakhir dengan Sutiah dua bulan yang lalu. Sutiah memberi kabar akan pulang akhir Januari kemarin," ujar Tarwen, ibu kandung Sutiah, di Indramayu, Senin (5/3).
Namun, lanjut Tarwen, hingga saat ini, Sutiah ternyata tak kunjung menginjakkan kaki di kampung halaman. Bahkan, setelah komunikasi terakhir itu, komunikasi dengan Sutiah malah tak bisa lagi dilakukan. "Saya sangat khawatir, Sutiah tidak bisa dihubungi lagi," tutur Tarwen.
Tarwen mengatakan, anak perempuanya itu selama ini tak diizinkan pulang oleh majikannya. Menurutnya, sang majikan hanya sebatas memberi janji untuk memulangkan anaknya, namun tak pernah ditepati.
Tarwen mengaku sangat sedih memikirkan nasib anaknya. Ketika pertama kali berangkat menjadi TKI ke Yordania pada 2008, Sutiah meninggalkan suami dan anaknya yang masih berumur dua tahun. Hal itu dilakukannya demi membantu ekonomi keluarga.
Saatini, anak Sutiah sudah duduk di kelas enam sekolah dasar (SD). Sedangkan suami Sutiah, sudah menikah lagi dengan perempuan lain.
MenurutTarwen, Sutiah menjadi TKI melalui jasa sponsor bernama Sanusi, asal Desa Krasak, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu. Di Yordania, Sutiah bekerja pada majikan laki-laki bernama Sawsan Ali Alderee dan majikan perempuan bernama Sharci.
Sementara itu, Ketua Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Kabupaten Indramayu, Juwarih, saat menerima pengaduan Tarwen, mengatakan, akan segera membuat surat pengaduan ke KBRI Amman, Yordania. Juga ke Direktorat PWNI dan BHI Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia diJakarta. "Sekarang kami sedang mengumpulkan data-datanya. Setelah lengkap, kami akan mengadukan permasalahan ini," kata Juwarih.