Senin 05 Mar 2018 17:56 WIB

Suara Loyalis Jokowi Jatim Bakal Dukung Khofifah-Emil

Langkah presiden tidak berpihak pada pasangan mana pun sudah sesuai regulasi.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: EH Ismail
Khofifah Indar Parawansa saat berkampanye di Malang, Jawa Timur, Sabtu (3/3).
Foto: Dok Pri.
Khofifah Indar Parawansa saat berkampanye di Malang, Jawa Timur, Sabtu (3/3).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pengamat politik Universitas Airlangga (Unair), Airlangga Pribadi Kusman, mengatakan, deklarasi dukungan Barisan Relawan Jokowi for Presiden (Bara JP) untuk Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak membuktikan pemilih loyalis Joko Widodo di Jawa Timur akan tertuju untuk pasangan nomor urut satu tersebut. Dukungam tersebut menurutnya juga akan membuat dukungan masyarakat untuk pasangan Khofifah-Emil akan semakin kuat.

Airlangga melanjutkan, langkah presiden tidak berpihak pada pasangan mana pun pada Pilgub Jatim 2018 juga sudah sesuai dengan regulasi. Dimana sikap netralitas sebuah lembaga negara sangat diperlukan.

Presiden sudah benar tidak menyatakan diri berpihak pada salah satu paslon secara langsung, namun masuknya Bara JP ke kubu Khofifah adalah sinyal kuat bagi dukungan kekuatan sosial presiden ke kubu Khofifah, kata Airlangga di Surabaya, Senin (5/3).

Sebaliknya, pernyataan Ketua Tim Pemenangan pasangan Saifullah Yusuf dan Puti Guntur Soekarno (Gus Ipul-Puti), Ahmad Basarah yang menyatakan Presiden Jokowi mendukung salah satu calon, dinilai Airlangga sebagai pernyataan yang mencoreng citra lembaga tertinggi negara di mata masyarakat. Padahal, dalam pilkada, suara dukungan terhadap calon mutlak datang dari masyarakat tanpa intervensi dari lembaga negara.

Menyatakan secara terbuka dukungan presiden terhadap kandidat pada saat kampanye itu pernyataan tidak elok. Itu adalah pernyataan untuk down grading presiden, seperti menyatakan kepada publik bahwa presiden intervensi dalam momen pilgub yang seharusnya menghormati suara rakyat, ujar Airlangga.

Menurut Airlangga, masa kampanye adalah momen setiap pasangan meraih simpati masyarakat dengan adu program setiap pasangan. Setiap calon mempunyai kesempatan yang sama guna meraih hati dan pikiran rakyat dengan kekuatan visi-misi dan kapasitas elite.

Karena itu, kata Airlangga, pernyataan tim pasangan Gus Ipul-Puti soal dukungan dari presiden membuktikan lemahnya kompetensi kandidat dan tim untuk meraih simpati masyarakat. Selain itu, hal tersebut menunjukan tidak layaknya seorang kandidat tampil sebagai pemimpin Jawa Timur.

Ketergantungan kandidat terhadap dukungan presiden memperlihatkan lemahnya rasa percaya diri dari calon tersebut terhadap kekuatan konsepsi dan kapasitas dari pasangan maupun tim untuk mandiri dalam merebut hati dan pikiran konstituen, kata Airlangga.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement