Rabu 07 Mar 2018 07:44 WIB

JK Gagas Pertemuan Ulama Bahas Perdamaian Afghanistan

Ulama dari Indonesia, Pakistan, dan Afghanistan akan menghadiri pertemuan ini.

Rep: Rizky Jaramaya, Novita Intan/ Red: Elba Damhuri
Masyarakat Kota Kabul, Afghanistan menjajakan dagangannya di pinggir jalan, Rabu (28/2).
Foto: Republika/Andi Nur Aminah
Masyarakat Kota Kabul, Afghanistan menjajakan dagangannya di pinggir jalan, Rabu (28/2).

REPUBLIKA.CO.ID  JAKARTA -- Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla menggelar rapat tertutup dengan pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) di kantor pusat MUI, Jakarta, Selasa (6/3). Rapat membahas kelanjutkan komitmen Indonesia dalam membantu proses perdamaian di Afghanistan.

Secara spesifik, agenda rapat membicarakan persiapan pertemuan ulama dari tiga negara, yaitu Afghanistan, Pakistan, dan Indonesia pada Maret 2018. "Pertemuan (ulama) itu kita harapkan menghasilkan suatu kesepakatan atau fatwa bersama bagaimana mendamaikan Afghanistan," ujar Wapres.

Ia menjelaskan, pertemuan ulama sangat penting sebagai bagian dari rangkaian perwujudan perdamaian di Afghanistan. Adapun pertemuan ulama ini merupakan proses lanjutan dari hasil kunjungan Wapres ke Afghanistan beberapa waktu lalu.

Hasil pertemuan ulama tiga negara diharapkan dapat menjadi payung sebelum pertemuan lain yang lebih teknis. Menurut Wapres, kunjungan kerja ke Afghanistan menghasilkan sejumlah kesepakatan.

photo
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani dan Wakil Presiden Indonesia H. Muhammad Jusuf Kalla berjalan keluar setelah upacara pembukaan Konferensi Proses Kabul di istana kepresidenan di Kabul, Afghanistan (28/2)

Salah satunya, yakni perlu ada pandangan tentang perdamaian dari sisi agama. Wapres mengatakan, pandangan ulama tentang perdamaian sangat penting dalam proses rekonsiliasi dan perdamaian di Afghanistan. "Itu yang kita sepakati," katanya.

Menurut Wapres, ulama tiga negara tidak terkait dengan faksi-faksi tertentu. Hampir semua ulama menginginkan pandangan yang hampir sama, yakni tidak menginginkan perang berkelanjutan antara sesama umat.

Ditemui terpisah, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan, Indonesia siap berkontribusi dalam rekonsiliasi dan perdamaian di Afghanistan. Salah satunya, yaitu mempersiapkan pertemuan trilateral antara ulama Afghanistan, Pakistan, dan Indonesia.

Retno menjelaskan, pertemuan trilateral ini sudah didahului dengan pertemuan bilateral para ulama dan High Peace Council (HPC). Bahkan, ulama Afghanistan juga sudah dua kali berkunjung dan bertemu dengan ulama Indonesia.

Saat ini, Indonesia akan mempersiapkan diri untuk menjadi tuan rumah pertemuan trilateral ulama. "Persiapan Indonesia untuk menjadi tuan rumah pertemuan trilateral secara resmi sudah disampaikan wakil presiden pada saat Kabul Peace Proccess Conference, di mana wakil presiden menjadi tamu kehormatan dari konferensi tersebut," ujar Retno.

Dia menjelaskan, saat ini Pemerintah RI sedang melakukan komunikasi intensif dengan Pakistan untuk persiapan pertemuan trilateral ulama tersebut. Komunikasi ini untuk membahas wakil-wakil ulama Pakistan yang nantinya akan hadir dalam pertemuan trilateral ini.

Retno menjelaskan, Indonesia diminta oleh Afghanistan untuk membantu rekonsiliasi dan proses perdamaian di negara tersebut. Karena, Indonesia dinilai sebagai negara yang netral dan tidak memiliki kepentingan langsung secara politik maupun ekonomi.

Selain itu, Indonesia juga merupakan negara Muslim yang paling besar dan mempunyai rekam jejak yang bagus dalam bidang perdamaian. Retno mengatakan, semua elemen ini menjadikan Afghanistan meminta Indonesia untuk berkontribusi dalam proses perdamaian.

Kesepakatan fatwa

Afghanistan sampai dengan saat ini dilanda konflik berkepanjangan. Tercatat sejumlah faktor yang membuat konflik bertahan hingga 40 tahun lamanya. Salah satu pemicunya adalah campur tangan pihak luar dalam konteks perpolitikan.

Konflik ini berujung pada penurunan kesejahteraan masyarakat dan meningkatnya kemiskinan. Hal itu pula yang membuat pemuda tertarik bergabung dengan Taliban. Faktor lain adalah ada kawasan yang tidak dikuasai pemerintah sehingga menjadi daerah narkoba.

Ketua Umum MUI KH Ma'ruf Amin mengatakan, pertemuan para ulama dari tiga negara akan dilaksanakan dalam waktu dekat di Indonesia. Demi menyelesaikan konflik, para ulama akan berpegang pada solusi keagamaan yang benar.

"Menyelesaikan sengketa jangan sampai menggunakan kekerasan. Nanti semuanya akan dituangkan di dalam keputusan yang disepakati sebagai landasan. Sehingga, diharapkan sebagai payung dalam menyelesaikan Afganistan," ujarnya usai pertemuan.

Saat ini, kata Kiai Ma'ruf, MUI sedang menyiapkan beberapa materi yang akan dibahas dalam pertemuan tersebut. Adapun pokok pembahasan penyelesaian titik krusial di Afganistan agar negara tersebut bisa saling mencintai dan menyayangi. "Islam bukan saling bermusuhan, menghilangkan sikap membenci dan bermusuhan," tutur Kiai Ma'ruf.

Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama menjelaskan, diperkirakan sebanyak 45 ulama yang berasal dari Afghanistan, Indonesia, dan Pakistan akan hadir. Kehadiran ulama Pakistan sangat penting karena memiliki pengaruh terhadap Taliban.

"Mereka yang suara didengar. Kita di sini akan membuat semacam kesepakatan berisi fatwa yang berisi platformnya jadi semacam titik temunya," ujar Kiai Ma'ruf.

(Pengolah: muhammad iqbal).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement