Rabu 07 Mar 2018 15:18 WIB

Penghasilan Pengemudi Uber Australia di Bawah Upah Minimum

Pengemudi menghadapi masalah kelelahan.

Red: Nur Aini
Uber. Ilustrasi
Foto: Ubergizmo
Uber. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Sebuah laporan baru di Australia menemukan pengemudi Uber X, layanan dari Uber yang paling murah, hanya mendapat upah setengah dari rata-rata upah minimum pekerja transportasi lainnya di Australia.

Institut Centre for Future Work telah menghitung rata-rata upah sopir Uber di kota-kota Australia adalah kurang dari 15 dolar Australia, sekitar Rp 150 ribu, per jamnya.

Ekonom Jim Standford, yang juga direktur dari institut tersebut, membandingkannya dengan upah rata-rata pengemudi 30 dolar Australia, atau sekitar Rp 300 ribu per jamnya. "Setelah menyetor 25 persen untuk biaya-biaya kepada Uber, mereka harus membayar pajak kepada pemerintah, juga membeli bensin... mereka juga harus membayar biaya perawatan mobil dan insuransi," ujar Jim kepada program ABC TV.

Ia mengatakan banyak sopir Uber di Australia tidak menyadari jika mereka kehilangan dua pertiga bagian dari uang yang diterimanya. Misalnya, mereka mendapat bayaran 20 dolar, atau sekitar Rp 200 ribu, maka penghasilannya sekitar 7 dolar, senilai Rp 70 ribu, sebelum pajak.

Pimpinan Uber di Australia, David Rohrsheim tidak membantah kenyataan bahwa banyak pengemudi Uber yang menghasilkan pendapatan lebih rendah dibandingkan upah rata-rata. "Pendapatan berubah tergantung kapan orang-orang menggunakannya," ujar David.

"Para pengemudi tahu soal ini dan mereka yang cerdas kapan membuka aplikasi di jam-jam dan kawasan yang tepat dan menghasilkan banyak."

Danny Cook adalah salah satu warga Australia yang sudah menjadi pengemudi Uber lebih dari dua tahun untuk menambah penghasilannya sebagai seorang pelayan pribadi. "Saya senang karena fleksibel, saya bisa membuka aplikasi kapan saja dan bertemu orang-orang yang menyenangkan," katanya.

Tapi uang yang didapat pengemudi Uber tergantung di kawasan mana mereka beroperasi. Harga per kilometer paling tinggi di Australia adalah di kota Canberra dan Sydney. Sementara harga paling rendah adalah di kota Perth.

Presiden dari kelompok persatuan pengemudi Uber dan sejenisnya, Rosalina Kariotakis yang juga serang pengemudi Uber, mengatakan banyak di antara mereka yang tidak tahu soal kewajiban pajak dan biaya-biaya terselubung lainnya.

"Mereka yang bergabung tentu berpikir sebagai uang yang mudah didapatkan, dan setelah dua hingga tiga bulan mereka baru sadar komitmen membayar pajak menjadi sesuatu yang memberatkan, karena mereka sebenarnya tidak menyadari kewajiban sebagai seorang kontraktor," ujar Rosalina Kariotakis.

Uber menyebut para pengemudinya sebagai "mitra" dan menganggap mereka sebagai kontraktor independen. Sekitar 80 ribu orang terdaftar sebagai pengemudi Uber di aplikasinya, dengan pengguna di Australia mencapai 3,5 juta orang.

Penghasilan yang kecil membuat para pengemudi ingin bekerja lebih lama, sehingga menjadi tantangan bagi perusahaan-perusahaan ridesharing untuk mengatasi kelelahan pengemudinya.

Pada 2017, seorang pria tewas tertabrak bis di Sydney setelah keluar mobil dan selesai menggunakan layanan Uber. Pengemudi Ubernya adalah Nazril islam, dinyatakan tidak bersalah yang sebelumnya dituduh lalai dalam mengemudi hingga menyebabkan kematian. Ia dilaporkan telah menyetir selama 21 jam tanpa istirahat yang benar.

Saat ini Uber memaksa pengemudinya untuk keluar dari aplikasi selama enam jam, setelah 12 jam beroperasi. Tapi ini masih memungkinkan mereka untuk mengemudi selama 18 jam sehari. Menurut Rosalina dengan masuknya pesaing Uber seperti Taxify dan Ola meningkatkan tantangan untuk mengatasi kelelahan pengemudi.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/penghasilan-uber-australia/9523176
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement