REPUBLIKA.CO.ID, GHOUTA -- Pemerintah Suriah telah mengirim bantuan personel militer ke Ghouta Timur. Lembaga Observasi Hak Asasi Manusia Suriah menilai tambahan personel itu tampaknya dilakukan untuk mengintensifkan serangan ke kawasan yang masih dikuasai kelompok milisi oposisi.
Lembaga Observasi tersebut mengatakan, setidaknya 700 personel militer tambahan yang berisi tentara dan milisi pro pemerintah tiba di garis depan Ghouta Timur. Mereka mengungkapkan, sejauh ini pemerintah telah menguasai 45 persen kawasan selama operasi militer beberapa hari terakhir.
Beberapa bayi memperoleh penanganan medis setelah terpapar gas beracun di Desa Shifunieh, Ghouta Timur, Suriah, Ahad (25/2).
Sementara, oposisi Suriah menolak tawaran Rusia untuk memberikan kawasan yang mereka kuasai kepada Presiden Bashar al Assad. Militan bersikeras tidak akan melakukan negosiasi apapun dengan pemerintah Rusia.
Baca juga, Suriah Kirim Pasukan Besar ke Ghouta Timur.
Seperti diwartakan Reuters, Rabu (7/3) pihak oposisi di Ghouta Timur menegaskan untuk tetap mempertahankan kawasan teroritorial yang mereka kuasai. Juru Bicara oposisi Hamza Birqdar mengatakan, kelompok oposisi akan terus memperjuangkan tanah mereka.
"Tidak ada negosiasi terkait hal ini. Semua faksi yang berada di Ghouta bersama pejuang mereka dan rakyatnya akan berjuang untuk memertahakan tanah mereka," kata Hamza Birqdar melalui pesan singkat.
Pemerintah Rusia sebelumnya menawarkan jalur keluar yang aman bagi para tentara oposisi untuk meninggalkan Ghouta. Sekutu Presiden Assad itu berjanji akan menjamin keselamatan oposisi beserta keluarga mereka ditambah senjata pribadi.