REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Museum Holocaust Amerika Serikat (MHAS) membatalkan dan mencabut penghargaan hak asasi manusia (HAM) untuk pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi. Hal ini karena ia dianggap gagal menentang penganiayaan yang dilakukan negaranya terhadap Muslim Rohingya.
Seiring serangan militer terhadap Rohingya yang dibuka pada 2016 dan 2017, MHAS berharap Suu Kyi akan melakukan sesuatu untuk mengutuk serta menghentikan tindakan brutal militer kemudian mengekspresikan solidaritas dengan populasi Rohingya yang diincar.
"Liga Nasional untuk Demokrasi, di bawah kepemimpinan Anda, malah menolak bekerja sama dengan penyelidik PBB, mengumumkan retorika kebencian terhadap komunitas Rohingya, dan menolak akses serta menangkap jurnalis yang berupaya mengungkap kejahatan di negara bagian Rakhine," kata MHAS dalam suratnya, dikutip laman Anadolu Agency, Rabu (7/3).
MHAS mendesak Suu Kyi memainkan perannya sebagai penasihat negara dan menteri luar negeri untuk bekerja sama dengan upaya internasional dalam membangun kebenaran tentang kejahatan serta kekejaman yang terjadi di Rakhine. Hal itu termasuk meminta pertanggung jawaban para pelaku yang terlibat.
Penghargaan yang dicabut MHAS untuk Suu Kyi adalah Elie Wiesel Award. Penghargaan ini cukup bergengsi dan diberikan kepada Suu Kyi pada 2012.
Pada November tahun lalu, Dewan Kota Oxford di Inggris mencabut sebuah penghargaan kehormatan yang diberikan kepada Suu Kyi. Di bulan yang sama, musisi Irlandia dan pendiri Live Aid Bob Geldof mengembalikan penghargaan Freedom of the City of Dublin dalam rangka memprotes Suu Kyi terkait kasus Rohingya.
Militer Myanmar disebut telah melakukan pembersihan etnis terhadap Rohingya. Baru-baru ini PBB menyebut pembersihan etnis itu masih berlangsung.