Jumat 09 Mar 2018 01:05 WIB

RI Tegaskan Posisi Soal Kepindahan Kedubes AS ke Yerusalem

Kemenlu menegaskan kembali dukungan Pemerintah Indonesia terhadap Palestina.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Bayu Hermawan
Juru Bicara Kemenlu Arrmanatha Nasir.
Foto: Antara/Teresia May
Juru Bicara Kemenlu Arrmanatha Nasir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia menegaskan kembali dukungan Pemerintah Indonesia terhadap Palestina. Hal tersebut menyusul rencana pemindahan Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) ke Yerusalem pada Mei mendatang.

"Indonesia tetap pada posisinya untuk memberikan dukungan kepada Palestina," kata Juru Bicara Kemlu RI Arrmanatha Nasir di Jakarta, Kamis (8/3).

Arrmanatha mengatakan, pemerintah juga telah kembali memanggil perwakilan Duta Besar AS untuk Indonesia untuk menyampaikan posisi tersebut sekaligus meminta klarifikasi terkait rencana tersebut. Dia melanjutkan, pada saat yang bersamaan, Kedutaan Besar Indonesia di AS juga meminta klarifikasi serupa.

Arrmanatha Nasir atau yang biasa disapa Tata itu mengungkapkan jika Palestina kerap menjadi bahasan saat ada pertemuan. Dalam setiap kesempatan itu, dia mengatakan, Indonesia selalu menegaskan posisi terkait dukungan terhadap Palestina.

"Yang pasti posisi Indonesia tidak akan berubah sama seperti posisi masyarakat internasional sebagaimana dalam resolusi Dewan Keamanan PBB yang mayoritas juga menolak agendea AS," katanya.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi menegaskan, berbagai permasalahan Palestina bukanlah persoalan agama, dan pembelaan terhadap bangsa itu bukan hanya kepentingan Indonesia. Dia mengatakan, isu tersebut bukan hanya kepentingan Indonesia untuk membela Palestina melainkan kepentingan semua negara di dunia.

Seperti diketahui, AS mempercepat proses pemindahan kedubes dengan harapan dapat mengadakan pembukaan seremonial pada hari yang sama saat Israel merayakan ulang tahunnya yang ke 70 pada 14 Mei. Relokasi tersebut rencananya akan selesai pada akhir 2019. Presiden AS Donald Trump telah memberi isyarat perihal kemungkinan untuk berkungjung ke Yerusalem guna menandai pembukaan kedutaan di sana.

Rencana tersebut adalah prioritas pertama AS setelah Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel pada Desember lalu. Sikap ini menuai kecaman dari masyarakat internasional, termasuk sekutu dekat Washington. Dunia internasional berpendapat jika status Yerusalem telah lama dianggap sebagai masalah yang harus diselesaikan dalam negosiasi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement