REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia (Lima) Ray Rangkuti mengatakan, tak hanya karena faktor historis yang pelik saja yang menyebabkan koalisi partai Islam di Indonesia sulit untuk diwujudkan. Namun, adanya perbedaan visi, misi, dan juga ideologi serta kultural masing-masing partai yang berbeda, juga menyebabkan hal itu.
"Misalnya PKB dan PAN, itu hubungannya tidak semakin dekat malah semakin melebar. Begitu juga dengan PKB dan PKS yang tak hanya ada urusan politik yang berbeda, tapi juga urusan kultural pun ," kata Ray kepada Republika.co.id, Kamis (8/3).
Ia mencontohkan, selama ini ada anggapan bahwa anggota PKS sulit di terima di kalangan Nahdiyin. "Misalnya, di kalangan Nahyidin ini orang-orang PKS tidak bisa diterima," jelasnya.
Oleh sebab itu, kata dia, melihat kondisi yang begini, terlihat bahwa pada umumnya, partai-partai Islam bukan malah semakin mengikat, namun malah semakin menjauh. "Jadi saat ini tak hanya karena faktor politik, tapi faktor sosialnya seperti kebudayaan dan ekspresi agama pun juga menjadi penyebab mengapai mereka sulit untuk berkoalisi," jelasnya.
Ia juga menanggapi, adanya komunikasi politik yang dibangun oleh Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto baik dengan PAN, PKS dan juga PKB. Hal itu tak menutup kemungkinan bakal terjalin koalisi di antara keempat partai itu.
"Kalau dikatakan mungkin, ya mungkin, nanti jadinya koalisi partai Islam 'plus' karena plus Gerindra," ucapnya.
Namun, potensi persoalan akan lebih banyak bila ketiga partai itu berkoalisi. Sebab, posisi Prabowo Subianto sudah pasti diasumsikan diusung menjadi Capres. "Nah