REPUBLIKA.CO.ID,Oleh: Anggia Ermarini*
Berkesempatan untuk berkunjung ke kota Baku, Azarbaijan menyisakan kenangan tersendiri bagi saya. Menjelang akhir Desember tahun lalu, diundang oleh pemerintah Azarbaijan dalam acara Solidaritas Muslim Dunia, yang membicarakan isu-isu terkini dunia Islam.
Meskipun judulnya Solidaritas Muslim, namun yang diundang dari berbagai macam agama, baik sebagai peserta maupun narasumber. Utusan Indonesia yang berbicara di forum tersebut adalah satu-satunya yang berjenis kelamin perempuan. Namanya juga pertemuan tokoh agama, sangat identik dengan laki-laki.
Bagi Indonesia, Azarbaijan adalah sesuatu banget, karena Syekh Maulana Malik Ibrahim (hidup pada abad ke 14) pembawa Islam pertama ke tanah Nusantara berasal dari Samarkand, Azarbaijan. Azarbaijan adalah negara di Kaukasus di persimpangan Eropa dan Asia Barat Daya.
Berbatasan dengan Rusia, Georgia, Armenia, dan Iran. Di sebelah barat berbatasan dengan Turki. Tahun 1991 negara ini merdeka dari Uni Soviet. Toko-toko merek ternama tertata rapi di jalan protokol menyatu dengan bangunan – banguna kuno yang menakjubkan.
Kata Baku sendiri mempunyai arti angin, karena kota Baku sangat berangin. Ketika saya berada di sana di akhir bulan Desember, cuaca lumayan dingin di tambah angin yang tidak berhenti. Bagi saya yang biasa tinggal di Jakarta menjadi tantangan tersendiri.
Di tengah kota Baku ada kawasan Old City, kota tua. Old City adalah inti dari peradaban di kota Baku. Di kota tua inilah berdiri kompleks istana Shirvanshah yang sangat indah bangunan-bangunan kuno yang sangat rapat, seperti labirin. Tembok pagar, dinding, pintu jendela sangat khas Eropa Asia, dan mampu menggambarkan masa-masa peradaban yng pernah dilalui oleh kota ini.
Benteng-benteng yang dahulu dipakai oleh para tentata kerajaan, sekarang dipakai sebagai restoran dengan masakan-masakan tradisional Azarbaijan yang sangat masuk di lidah saya.
Di antara bangunan tua yang masuk dalam kawasan peninggalan sejarah dunia oleh UNESCO pada tahun 2000, itu ada menara yang bernama Maiden tower, menara setinggi 29,5 dan berdiameter 16,5 m ini kabarnya di bangun di abad ke 12 namun ada juga referensi yang mengatakan dibangun di abad ke 7. Yang menarik di menara itu di dalam kontruksinya ada kayu yang menjadi penyangga, sehingga menara itu dirancang untuk anti gempa. Keren ya.
Cerita di balik menara itu beragam, salah satu yang sangat melegenda adalah tentang kisah seorang gadir yang bunuh diri karena akan dinikahi oleh ayahnya sendiri yang seorang raja. Apapun ceritanya, Maiden Tower yang berada di old city ini adalah fakta sejarah yang mengalami beruntun mulai masa Zoroastrianisme, Sasania, Arab, Persia, Shirvani, Ottoman, terakhir Uni Soviet.
Di kawasan istana yang di kelilingi oleh tembok yang memisahkan antara kompleks istana dan bukan istana itu ada makan Syeikh Yahya al Bakuni yang merupakan penasehat raja. Belum ada informasi yang jelas tentang beliau, namun di dekat makam beliau dikatakan beliau adalah scientist, bukan ditulis sebagai ulama. Bisa jadi beliau adalah ilmuan yang ulama yang menjadi penasehat raja. Istana Shirvanshah ini adalah pusat kerajaan Islam, terlihat dari bangunan masjid, makam, dan ornament yang ada di dalamnya.
Selain itu, Negara Azarbaijan yang sebelumnya selama di bawah Uni Soviet tidak banyak melakukan kegiatan yang bersifat keagamaan, sekarang sedang banyak membangun masjid. Penduduk Azarbaijan sebagian besar Muslim, meskipun ada juga penduduk yang beragama lain.
Namun terlihat tidak ada masalah dengan perbedaan beragama. Salah satu masjid yang sangat megah adalah Masjid Aliyave yang didi sekilingn ditumbuhi pohon buah zaitun yang sangat hijau.
Kota Baku mempunyai catatan kejahatan yang sangat rendah sekali. Infrastruktur yang dibangun meminimalisir kejahatan dilakukan oleh warga. Begitu juga dengan aparat yang memantau keamanan dan melindungi warga dikerahkan sangat besar.
Selain kota tua yang menjadi magnet paling utama, bagi saya, sisi lain dari Kota Baku adalah pesisir laut Kaspia. Laut Kaspia bukan laut sebenarnya dia adalah danau yang sangat besar. Danau tersebut berada pula di kawasan Iran, Rusia, Kazastan, dan Turmenistan.
Selain peninggalan abad pertengahan, saya berkesempatan untuk mengunjungi Masjid Heydar Aliyev yang terbilang bangunan baru. Masjid megah itu berada di tengah Kota Baku, dikelilingi oleh pohon zaitun yang rindang dan hijau.
Bagian lain yang harus dikunjungi adalah Heydar Aliyave Center. Bentuk bangunan ini sangat tidak biasa, terdapat lengkungan dan bergelombang. Bangunan ini berbentuk tandatangan dari Heydar Aliyev pemimpin Azarbaijan pada masa Uni Soviet dan presiden pertama bagi Azarbaijan setelah merdeka. Nggak lazim kan,.. tapi keren habis.
Hari terakhir di Kota Baku bertepatan dengan peringatan hari Ibu 22 Desember, saya merayakan dengan duta besar RI untuk Azarbaijan, berserta staf dan beberapa warga Indonesia yang tinggal di kota Baku. Makan tumpeng nasi kuning menjadi jamuan istimewa setalah 5 hari makan makanan Eropa.
*Ketua Umum PP Fatayat NU