REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Kepolisian Sri Lanka mengatakan pada Kamis (8/3), mereka telah menangkap pemimpin dan sembilan tersangka lain yang diduga di balik gelombang serangan anti-Muslim oleh kelompok garis keras Buddha Sinhala di pusat wilayah dataran tinggi di distrik Kandy pekan ini.
Wilayah tersebut telah diguncang oleh bentrokan komunal sejak akhir pekan lalu. Sedikitnya dua orang tewas akibat insiden itu.
Juru bicara kepolisian, Ruwan Gunasekara, mengatakan kesepuluh orang yang ditangkap tersebut termasuk kelompok spiritual garis keras. Dia menamai pemimpin yang dicurigai itu sebagai Amith Jeewan Weerasinghe.
Baca juga, Kekerasan Anti-Muslim Sri Lanka di Ambang Batas.
Ia mengatakan, bahwa Amith adalah anggota sebuah kelompok bernama Mahason Balakaya. Kelompok ini telah menerbitkan video yang berisi pidato kebencian yang ditujukan terhadap umat Islam.
Kekerasan komunal diduga dimulai ketika seorang pria dari etnis mayoritas Sinhala dipukuli sampai mati oleh pria Muslim karena kecelakaan lalu lintas di kota Teledeniya di Kandy. Keesokan harinya, ratusan umat Buddha Sinhala berkumpul di distrik tersebut dan menyerang puluhan tempat usaha Muslim, rumah dan masjid. Banyak bangunan dibakar dalam penyerangan itu.
Presiden Sri Lanka, Maithripala Sirisena, mengumumkan keadaan darurat di Kandy pada Rabu (7/3) waktu setempat. Namun, banyak orang melakukan lebih banyak serangan yang menargetkan masjid dan tempat usaha milik umat Islam pada Kamis.
Sebagian besar Muslim Sri Lanka tinggal di timur dan tengah dari negara kepulauan tersebut. Umat Muslim tercatat sebesar sekitar 9 persen dari 21 juta penduduk Sri Lanka. Sementara umat Buddha memiliki sekitar 70 persen dan etnis Tamil yang kebanyakan adalah Hindu, sekitar 13 persen.