Senin 12 Mar 2018 04:21 WIB

Simpatisan Kelompok Radikal Bakar Masjid di Berlin

Rumah ibadah itu milik organisasi DITIB dari komunitas Muslim Turki.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Ratna Puspita
Pemandangan bagian depan Masjid Koca Sinan Camii di Berlin, Jerman, yang terbakar karena serangan pada Ahad (11/3) dini hari waktu setempat.
Foto: EPA-EFE/FELIPE TRUEBA
Pemandangan bagian depan Masjid Koca Sinan Camii di Berlin, Jerman, yang terbakar karena serangan pada Ahad (11/3) dini hari waktu setempat.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Masjid Koca Sinan di Berlin, Jerman, terbakar hebat setelah penyerang misterius melemparkan bom api pada Ahad (11/3) dini hari. Rumah ibadah tersebut diketahui merupakan milik organisasi DITIB dari komunitas Muslim Turki.

"Saksi mata mengatakan kepada kami bahwa tiga penyerang dengan wajah tertutup melemparkan bom api dan segera melarikan diri," kata Bayram Turk, kepala asosiasi masjid, dikutip dari Anadolu Agency, Senin (12/3).

Tidak ada korban jiwa maupun korban luka pada insiden di masjid yang terletak di distrik Reinickendorf tersebut. Namun, hampir seluruh bagian dalam bangunan masjid rusak parah akibat jilatan api.

Serangan terjadi satu hari setelah datangnya ancaman dari simpatisan kelompok teroris PYD/PKK. Grup radikal tersebut menyatakan akan melakukan lebih banyak aksi kekerasan terhadap institusi dan asosiasi Turki di Jerman.

photo
Lembaran alquran yang terbakar di Masjic Koca Sinan Camii, Berlin, Jerman. (EPA-EFE/FELIPE TRUEBA)

Ancaman digencarkan untuk memprotes operasi kontra-terorisme Turki yang sedang berlangsung di Suriah barat laut. Sejak 20 Januari, pendukung PYD/PKK telah menyerang lebih dari selusin masjid di beberapa kota di Jerman.

Pada Jumat silam, sebuah situs yang berafiliasi dengan PYD/PKK mengklaim serangan bom api yang menarget masjid komunitas Turki di Kota Lauffen am Neckar. Laman juga mengunggah video serangan dan terbakarnya masjid.

photo
Pemandangan bagian dalam Masjid Koca Sinan Camii di Berlin. (EPA-EFE/FELIPE TRUEBA)

PYD/PKK telah dilarang di Jerman sejak 1993, tetapi para simpatisannya masih tetap aktif hingga saat ini. Terdapat hampir 14 ribu pengikut di antara populasi imigran Kurdi di negara tersebut.

Sementara, warga Turki di Jerman mencapai tiga juta jiwa. Turki telah lama mengkritik Jerman karena tidak melakukan tindakan serius terhadap PKK yang tetap melakukan kegiatan penggalangan dana, rekrutmen, dan propaganda.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement