REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama-nama baru alternatif Calon Presiden (Capres) penantang Joko Widodo mulai bermunculan, di antaranya Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi. Namun, pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya memprediksi peluang terpilih sebagai kandidat pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 bakal sulit.
Menurut Yunarto, bukan karena elektabilitas TGB Zainul Majdi yang masih kecil dibanding nama-nama capres yang beredar. Akan tetapi, dia mengatakan, lebih karena faktor kendaraan politiknya, yaitu Partai Demokrat, yang dikenal sebagai partai keluarga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Saya pikir ini sulit, partai ini partai keluarga, saya sering sebut Partai Demokrat ini lebih menyerupai SBY Fans Club," ujar Yunarto saat dihubungi melalui sambungan telepon, Ahad (11/3).
Yunarto menyematkan label partai keluarga menilik posisi Agus Harimurti Yudhoyono yang langsung melambung dan menempati posisi yang strategis di partai. Pada Februari lalu, Ketua Umum Partai Demokrat SBY mengukuhkan putranya, AHY, sebagai Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) untuk Pilkada 2018 dan Pilpres 2019.
Bukan tidak mungkin, Yunarto menyatakan, AHY langsung masuk dalam bursa capres atau cawapres kendati Demokrat memiliki sosok-sosok yang lebih potensial, termasuk TGB Zainul Majdi. "Jadi menurut saya, dengan karakter seperti ini, jangan harap ada kader lain yang menyalip nama AHY (Agus Harimurti Yudhoyono). Bahkan untuk seseorang TGB Zain Majdi," kata dia.
Meski demikian, Yunarto berpendapat, Partai Demokrat hanya akan mengusung AHY pada Pilpres 2019 sebagai batu loncatan untuk target yang sebenarnya, yakni Pilpres 2024. Karena itu, ia memprediksi, siapapun yang menawarkan posisi calon wakil presiden kepada AHY bakal langsung diambil oleh Demokrat.
"Siapapun capres yang bisa menawarkan posisi yang lebih tinggi, yang menawarkan menteri atau cawapres, pasti akan memilih mengambil cawapres, walaupun mereka tahu sulit untuk menang," kata dia.