Senin 12 Mar 2018 13:19 WIB

Indonesia Tuan Rumah Konferensi Pemuda Islam Internasional

Kegiatan ini menyatukan pemahaman pemuda Muslim mengenai perjuangan Palestina.

Rep: Novita Intan/ Red: Ani Nursalikah
Petugas intel Israel yang menyamar menangkap pemuda Palestina pada aksi unjukrasa di Kota Ramallah, Tepi Barat, Palestina.
Foto: Mohamad Torokman/Reuters
Petugas intel Israel yang menyamar menangkap pemuda Palestina pada aksi unjukrasa di Kota Ramallah, Tepi Barat, Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa organisasi yang tergabung dalam Indonesian Consortium for Liberation of Al-Aqsa (ICLA) bekerja sama dengan provinsi Lampung akan menyelenggarakan Konferensi Pemuda Muslim Internasional pertama untuk Palestina dan Al-Quds. Konferensi akan digelar pada 30 April-2 Mei 2018 di Bandar Lampung, Provinsi Lampung.

Ketua Pelaksana konferensi, M Anshorullah mengatakan kegiatan ini menyatukan pemahaman pemuda Muslim mengenai urgensi perjuangan untuk pembebasan Palestina dan Masjid suci umat Islam yang kini sedang dijajah. Selain itu, guna menggalang kesatuan dan persatuan pemuda dunia agar bisa mengambil langkah nyata yang terintegrasi secara akidah dan strategis.

"Tujuan dari konferensi ada tiga, yakni mempererat silaturahim Pemuda Muslim Internasional, merintis upaya pembebasan Palestina dan Masjid al-Aqsha secara terintegrasi antar-aktivis dan organisasi kepemudaan Islam internasional serta menyusun kesepahaman terhadap pembebasan al-Aqsha sebagai tujuan utama," ujarnya dalam keterangan tulis yang diterima Republika.co.id di Jakarta, Senin (12/3).

Berbagai peperangan dalam sejarah umat Islam membuktikan pemuda bisa menjadi ujung tombak peperangan dan kemenangan yang menjadi salah satu kelebihan Muslim di masa lalu. Bahkan, Allah SWT memuliakan para pemuda beriman dalam sebuah keajaiban kisah Ashabul Kahfi yang ada di luar nalar manusia.

Peran pemuda Palestina baik di Gaza dan Tepi Barat selama ini juga selalu menjadi ancaman serius yang menakutkan bagi zionis Israel. Sampai-sampai Israel membuat peraturan yang membolehkan penangkapan remaja dan anak di bawah umur.

ICLA merupakan kumpulan lembaga dan organisasi kemanusiaan yang memfokuskan pekerjaannya pada perjuangan Palestina dan upaya untuk membebaskannya dari penjajahan Israel yang kini sudah memasuki abad kedua. Organisasi yang tergabung di dalamnya adalah Syubban Jamaah Muslimin (Hizbullah), Aqsa Working Group (AWG), Miraj News Agency (MINA), Silaturahim Network, Sekolah Tinggi Al Quran Abdullah bin Masud (STQABM), Pondok Pesantren dan Madrasah Al Fatah, Ukhuwah Al Fatah Rescue (UAR), dan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) yang dikenal dengan proyek pembangunan RS Indonesia di Jalur Gaza beberapa tahun silam.

Konferensi pemuda Islam Internasional untuk pembebasan Palestina dan Al-Quds akan berlangsung selama tiga hari dengan tema Membangun Kerja Sama Pemuda Muslim Internasional Untuk Membebaskan Palestina dan Masjid al Aqsa. Kegiatan ini akan mengundang setidaknya 200 peserta pemuda baik individu maupun lembaga/organisasi dari 20 negara, utamanya negara yang mendukung kemerdekaan Palestina di PBB.

"Selama di Indonesia, peserta tidak hanya akan fokus pada penyatuan tujuan dan visi misi pembebasan Palestina, namun juga peserta akan diajak untuk mengenali budaya persatuan dan toleransi dalam keberagaman kehidupan di Indonesia sejak negara ini berdiri," jelasnya.

Konferensi dijadwalkan akan dibuka Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi, dengan para pembicara dalam danluar negeri terkemuka seperti Gubernur Lampung, Dubes Palestina untuk RI Zuhair S.M. Al Shun, Pembina Indonesian Consortium for Liberation of Al Aqsa (ICLA) Imaam Yakhsyallah Mansur, Ketua Umum Pemuda PP Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak, Direktur Kajian Timur Tengah Universitas Indonesia Abdul Mutaalli, Kasubdit I Direktorat Timur Tengah Direktorat Jenderal Asia-Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri, Nanda Avalist, Senior Lecturer Universitas Kebangsaan Malaysia Abdul Malik, Quds Foundation Malaysia DR Shareef Abu Shamalah, Mufti Lebanon Amin Kurdi, Imam Masjid Al Aqsa Syaikh Mustafa Mohammad Abdel Rahman Tawil, Pemuda Jamaah Muslimin (Hizbullah) dan aktivis Mavi Marmara Nur Ikhwan Abadi dan lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement