Senin 12 Mar 2018 13:56 WIB

Operasi Antiteror Afghanistan Bunuh 171 Teroris dalam Sehari

Operasi antiteror merespons serangan terhadap 15 tentara Afghanistan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Patroli kendaraan tempur di Afganistan.
Foto: Reuters
Patroli kendaraan tempur di Afganistan.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Militer Afghanistan tengah menggelar operasi antiteror di seluruh wilayah negara tersebut pada Ahad (11/3). Dalam sehari, operasi ini menewaskan 171 teroris.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Afghanistan Mayjen Dawlat Waziri mengungkapkan, operasi antiteror ini dilakukan merespons serangan Taliban terhadap pos tentara Afghanistan di Provinsi Farah. Setidaknya 15 tentara Afghanistan tewas akibat serangan tersebut.

Serangan Taliban pun segera dibalas dengan melakukan operasi antiteror serentak di seluruh wilayah Afghanistan. "Saat ini pasukan keamanan dan pertahanan terlibat dalam 13 serangan terhadap teroris di 10 provinsi di Afghanistan, sementara pasukan komando telah melakukan 29 serangan terpisah di berbagai provinsi," kata Mayjen Waziri.

Sebanyak 171 teroris dilaporkan telah tewas dalam operasi yang digelar pada Ahad. "171 teroris tewas dalam serangan udara dan darat di ibu kota Kabul, Kandahar, Takhar, Helmand, Nangarhar, Laghman, Kapisa, dan Ghazni," kata Mayjen Waziri.

Pemerintah Afghanistan baru-baru ini telah menawarkan perundingan damai dengan Taliban. Presiden Afghanistan Ashraf Ghani bahkan tak mengajukan syarat apapun kepada Taliban bila bersedia duduk di meja perundingan.

"Pemerintah menawarkan perundingan damai kepada Taliban tanpa syarat apapun," kata Ghani dalam sambutannya dalam konferensi Kabul Process yang dihadiri pejabat dari 25 negara pada akhir Februari lalu.

Ghani pun mengajukan tawaran gencatan senjata dan pembebasan anggota Taliban yang kini ditahan. Ia juga mengatakan bahwa dirinya siap menerima peninjauan kembali konstitusi sebagai bagian dari sebuah perjanjian dengan Taliban.

Tawaran Ghani ini mewakili pergeseran sikap yang sangat signifikan. Sebab sebelumnya Ghani kerap menyebut Taliban sebagai kelompok teroris dan pemberontak. Namun Ghani menekankan, kerangka politik untuk perundingan perdamaian harus diciptakan melalui gencatan senjata dan mengakui Taliban sebagai kelompok politik yang sah dengan jabatan politik resmi. Sebagai gantinya, Taliban pun harus mengakui pemerintah Afghanistan dan menghormati peraturan hukumnya.

Kendati demikian, hingga saat ini Taliban belum menunjukkan tanda-tanda akan mengikuti perundingan damai. Hal ini dibuktikan dengan masih dilakukannya serangan terhadap tentara Afghanistan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement