REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Pusat (PP) Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) mempunyai konsep Masjid Mart untuk membangkitkan ekonomi umat. Konsep tersebut juga bisa membantu membangkitkan ekonomi para dai agar dalam berdakwah semakin ikhlas tanpa mengharap imbalan.
Ketua Umum PP Ikadi, Prof KH Ahmad Satori Ismail mengatakan, para dai perlu ikhlas dalam berdakwah. Tapi para dai juga manusia yang butuh makan dan minum. Sementara kalau dakwah mengharapkan imbalan apalagi amplop, artinya dalam hatinya belum begitu mantap.
"Sehingga dilihat perlu mereka (para dai) memiliki kemampuan untuk berekonomi secara baik," kata Prof KH Satori kepada Republika.co.id, Senin (12/3).
Ia menerangkan, misalnya ada 200 dai di suatu kota atau kecamatan. Mereka bersama-sama membangkitkan ekonomi umat dengan cara membuat Masjid Mart. Karena kalau membuat usaha sendiri terlalu berat, maka para dai bisa bersama-sama membuat usaha agar lebih ringan.
Sehingga keuntungan dari usaha bersama dengan konsep Masjid Mart dapat memenuhi kebutuhan ekonomi para dai di kota atau kecamatan tersebut. "Insyaallah untungnya untuk mereka, kemudian mereka juga merasa memiliki dan mendapatkan keberkahan dari kebersamaan itu, barokah itu bersama dengan kebersamaan," ujarnya.
Ia menyampaikan, ke depannya berharap masjid-masjid menjadi besar dan memiliki mart (toko) di samping bangunan masjid atau di area masjid. Orang-orang yang shalat berjamaah dan ikut pengajian di masjid bisa berbelanja ke mart yang ada di masjid. Misalnya, Masjid Mart bisa buka 24 jam dan siap mengantarkan barang ke pembeli selama jaraknya terjangkau.
Contohnya, masyarakat yang tinggal di dekat masjid kehabisan bahan bakar gas saat hendak memasak makanan untuk sahur. Masyarakat bisa menelpon Masjid Mart, kemudian Masjid Mart mengantarkan barang yang dipesan masyarakat. "Ini masih mau dicoba, Ikadi punya konsep seperti itu," ujarnya.
Sebelumnya, PP Ikadi telah melaksanakan Silaturrahmi Nasional Ikadi di Kota Padang, Sumatra Barat pekan lalu. Ada tiga hal yang menjadi sasaran dan fokus Ikadi di era globalisasi saat ini. Pertama, menguatkan strategi dakwah Ikadi di era globalisasi. Kedua, memaksimalkan media sosial untuk dakwah dan menyampaikan Islam rahmatan lil alamin. Ketiga, menggunakan jaringan Ikadi di 32 provinsi untuk membangkitkan ekonomi umat.