Selasa 13 Mar 2018 11:17 WIB

Masjid Turki di Jerman Jadi Target Serangan Pembakaran

Serangan pada masjid tersebut merupakan yang ke-24 kalinya dalam dua bulan terakhir.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Agus Yulianto
Masjid turki di lempar molotov di Jerman
Foto: world bulletin net
Masjid turki di lempar molotov di Jerman

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN - Sebuah masjid Turki di Berlin  terbakar pada Ahad (11/3) pagi lalu. Kesatuan Islam Turki untuk Urusan Keagamaan, DITIB, mengatakan, bahwa penargetan terhadap sebuah masjid secara sengaja di Jerman tersebut adalah yang ke-24 kalinya dalam dua bulan terakhir. Masjid Koca Sinan yang merupakan masjid milik DITIB, rusak parah akibat serangan pembakaran.

"Saksi mata mengatakan kepada kami bahwa tiga penyerang dengan wajah tertutup melemparkan bahan bakar dan segera melarikan diri," kata Bayram Turk, kepala asosiasi masjid, dilansir di Muslim News, Selasa (13/3).

Dalam pernyataannya, DITIB meminta, pihak berwenang Jerman untuk memastikan bahwa tempat ibadah Muslim dilindungi. Mereka juga mendesak agar pihak berwenang mengusut siapa yang berada di balik serangan tersebut sesegera mungkin. Selain itu, mereka meminta agar pelaku yang harus bertanggung jawab atas serangan itu dibawa ke pengadilan.

Pernyataan DITIB itu seolah memperingatkan bahwa itu adalah pertanyaan dari waktu ke waktu, sebelum seseorang terluka dan menuduh politisi dan masyarakat Jerman diam mengenai diskriminasi dan serangan sehari-hari yang ditujukan kepada umat Islam. Serangan

Pada hari yang sama, bom api juga dilemparkan ke sebuah asosiasi imigran Turki di kota Meschede barat. Selain itu, serangan juga terjadi pada sebuah masjid di Lauffen, Jerman selatan, pada Jumat lalu. Tidak ada yang terluka dalam serangan tersebut.

Kementerian Dalam Negeri Jerman baru-baru ini merilis sejumlah angka yang menunjukkan bahwa sekitar 950 pelanggaran anti-Muslim telah terjadi di Jerman pada 2017. Banyak dari kasus kejahatan tersebut dilakukan oleh elemen-elemen sayap-kanan. Jerman memiliki sekitar tiga juta komunitas Turki yang kuat, yang merupakan generasi ketiga kelahiran Jerman keturunan Turki yang kakek-neneknya pindah ke negara itu selama 1960-an.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement