Selasa 13 Mar 2018 18:56 WIB

Jepang Inginkan Masalah Penculikan dengan Korut Selesai

Petugas Korut terlibat penculikan warga Jepang pada tahun 1970an dan 1980an.

PM Jepang Shinzo Abe
Foto: Reuters
PM Jepang Shinzo Abe

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Perdana Menteri Shinzo Abe pada Selasa (13/3), mengatakan kepada perwakilan Korea Selatan bahwa ia ingin melakukan pembicaraan dengan Korea Utara. Pembicaraan terkait penyelesaian perselisihan mengenai penculikan warga Jepang pada masa lalu.

"Penyelesaian masalah penculikan, nuklir dan peluru kendali adalah kebijakan inti Jepang," kata Abe kepada Kepala Dinas Intelijen Nasional Korea Selatan Suh Hoon di Tokyo.

"Korea Utara harus menyesuaikan kalimatnya dengan tindakan," kata Abe pada awal pertemuan untuk membahas rencana pembicaraan antarkedua Korea serta antara Pyongyang dan Washington.

Desakan Tokyo dalam membahas penculikan warganya oleh petugas Korea Utara dapat menyebabkan gesekan antara Jepang, Korea Selatan dan Amerika Serikat jika Seoul atau Washington bersedia memotong kesepakatan pelucutan nuklir secara terpisah dari kesepakatan apapun.

Korea Utara mengakui pada tahun 2002 bahwa mereka telah menculik 13 orang Jepang pada tahun 1970an dan 1980an untuk melatih mata-mata, dan lima di antaranya kembali ke Jepang. Tokyo menduga bahwa ratusan lain mungkin telah diculik.

Suh mendesak kerja sama Jepang namun tidak secara khusus menyebutkan masalah penculikan tersebut. "Kerja sama antara para pemimpin Korea Selatan dan Jepang penting untuk pelucutan nuklir di semenanjung Korea dan resolusi isu rudal," kata Suh.

"Keinginan Pyongyang yang mengaku ingin meninggalkan senjata nuklir itu penting karena datang langsung dari pemimpin Korea Utara Kim Jong Un," katanya menambahkan.

Suh mengatakan kepada wartawan usai pertemuan, yang isinya bahwa PM Abe telah berjanji untuk mencurahkan semua kerja sama untuk pertemuan puncak yang sukses antar kedua Korea serta antara AS dan Korea Utara. Ia bertemu dengan Menteri Luar Negeri Jepang Taro Kono pada hari Senin dan mengatakan setelah perundingan tersebut, bahwa Jepang dan Korea Selatan telah sepakat untuk terus menekan Korea Utara agar meninggalkan ambisi nuklir dan rudalnya.

Seorang juru bicara Kantor Kepresidenan Korea Selatan memaparkan, Kono mengatakan kepada Suh bahwa perubahan situasi di Semenanjung Korea adalah "keajaiban" yang dekat.

Presiden AS Donald Trump telah sepakat untuk bertemu dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un pada akhir Mei. Presiden Korea Selatan Moon Jae-in juga berencana untuk mengadakan pertemuan puncak dengan Kim pada akhir April.

Abe, yang meminta bantuan Trump untuk menyelesaikan masalah penculikan tersebut dalam panggilan telepon, mengatakan berencana melakukan perjalanan ke AS pada bulan depan untuk bertemu dengan Trump.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement