REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Perdana Menteri Palestina Rami Hamdallah dan Kepala Layanan Intelijen Umum Majid Faraj selamat dari percobaan pembunuhan, Selasa (13/3).
Situs berita resmi Otoristas Palestina, Wafa melaporkan, iring- iringan mobil Hamdallah dan Faraj menjadi sasaran sebuah ledakan dan baku tembak di daerah Beit Hanoun di utara Gaza setelah memasuki Jalur Gaza. Kantor Presiden Palestina, Mahmoud Abbas mengatakan Hamas bertanggung jawab penuh atas agresi pengkhianatan terhadap perdana menteri dan gerilyawan intelijen secara umum.
Fatah, partai politik wilayah Tepi Barat yang menjadi basis Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyebutnya sebagai serangan teroris dan menyalahkan Hamas, menurut laporan The Jerusalem Post.
"Serangan ini adalah upaya untuk membunuh semua upaya rekonsiliasi. Ini adalah langkah berbahaya yang bertujuan menyebarkan kekacauan dan pertempuran di antara orang-orang kami," kata Munir al-Jaghoub, pemimpin departemen informasi Fatah di Kantor Mobilisasi dan Organisasi.
Namun, Faraj mengatakan terlalu dini untuk menuduh siapa pun. Meskipun ia menambahkan Hamas bertanggung jawab untuk mengamankan lahan yang dikuasainya.
Sementara itu kepada Aljazirah, Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri Hamas Iyad al-Bozm mengatakan tidak ada korban luka dan menambahkan pasukan keamanan yang didominasi Partai Hamas di Gaza membuka penyelidikan atas insiden tersebut. Bozm mengatakan pasukan keamanan pimpinan Hamas menangkap sejumlah tersangka, dan penyelidikan untuk mengetahui siapa yang berada di balik ledakan sedang berlangsung.
Hamas dan Fatah, dua partai politik utama Palestina menandatangani sebuah kesepakatan rekonsiliasi pada Oktober 2017. Hal itu mengakhiri satu dekade perpecahan yang melibatkan dua pemerintah paralel yang beroperasi di Gaza dan Tepi Barat.
Kesepakatan membentuk pemerintah persatuan ditandatangani di ibu kota Mesir di Kairo pada 13 Oktober. Namun upaya mengimplementasikan kesepakatan tersebut telah menghadapi beberapa kendala.