REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelatih ganda putra pemusatan latihan nasional (pelatnas) Herry Iman Pierngadi menilai anak-anak asuhnya yang berlaga di turnamen bulu tangkis Jerman Terbuka 2018, sudah sesuai harapan. Meskipun, nomor tersebut yang menjadi harapan terakhir Indonesia gagal mempersembahkan gelar juara.
"Penampilan di Jerman Terbuka 2018 masih on track dan sesuai harapan, akan tetapi memang masih ada yang harus diperbaiki," kata Herry dalam keterangan Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI), Senin (12/3).
Dalam turnamen di Jerman yang berlangsung pada 6-11 Maret 2018 tersebut, Indonesia diwakili tiga pasangan, yakni Angga Pratama/Rian Agung Saputro, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto.
Sementara Angga/Rian terhenti di putaran dua oleh pasangan Taiwan Lee Jhe-Huei/Lee Yang, pasangan Ahsan/Hendra dan Fajar/Rian melaju ke semifinal untuk saling mengalahkan.
Sayangnya, Fajar/Rian yang lolos ke final juga harus menerima kenyataan pulang tanpa gelar usai duet muda ini untuk yang keempat kalinya taklukkan oleh Takuto Inoue/Yuki Kaneko (Jepang), dengan skor 16-21, 18-21.
Menurut Herry, di partai final tersebut, sebetulnya Fajar/Rian bermain dengan normal dan sesuai rencana, namun setelah servisnya dinyatakan fault sebanyak lima kali, konsentrasi Fajar agak terganggu.
"Saya tanya Fajar, dia bilang iya memang jadi terganggu. Sedangkan, menurut saya, di pasangan ini playmakernya Fajar, dia lebih dominan untuk mengatur cara mainnya. Selain itu, Fajar/Rian banyak bikin kesalahan terutama di atas angka 16, sehingga pemain Jepang banyak dapat poin gratis," kata Herry.
Sementara itu, lanjut Herry, baik pasangan Indonesia maupun duet Jepang, sesungguhnya sekelas dan berkekuatan imbang. Namun Inoue/Kaneko memiliki kelebihan, tampil safe, sabar, dan jarang membuat kesalahan sendiri sehingga jika ingin mendapat poin dari mereka, pemain harus benar-benar "membunuh".
"Sesungguhnya Fajar/Rian selama di Jerman Terbuka mainnya bagus, sesuai yang diharapkan. Di final, mungkin ada faktor sudah tiga kali bertemu kalah terus, tetapi saya menilainya tidak begitu. Menurut saya, pola mainnya nggak jalan. Di pertemuan yang akan datang, saya sudah punya strategi baru untuk Fajar/Rian supaya mengalahkan Inoue/Kaneko. Dan hasil mereka kalah di final, bagi saya itu bukan kegagalan," jelas Herry.
Sedangkan, untuk Ahsan/Hendra, sang pelatih menilai capaian kedua pemain senior yang baru dipasangkan awal 2018 ini ke semifinal juga masih sesuai harapan.
"Dari segi mental bertanding dan pengalaman sudah cukup. Tetapi yang harus diperhatikan itu kesegaran fisik, kekuatan otot, dan kecepatan. Mungkin mereka tidak bisa disamakan dengan Kevin/Marcus atau Fajar/Rian, karena sudah usia, jadi kecepatan menurun. Nah, ini yang harus disiasati, bagaimana ke depannya bersaing dengan pemain-pemain muda. Menurut saya sih, tidak terlalu banyak PR-nya," kata dia.
Sementara itu, bagi Angga/Rian, Herry menilai penampilannya masih belum konsisten. "Saya rasa kemajuannya tidak signifikan. Kita lihat di All England seperti apa, walaupun harus ketemu Kevin/Marcus di babak pertama," jelas Herry.