Selasa 13 Mar 2018 22:12 WIB

Said Aqil dan Moeldoko Dinilai Layak Jadi Cawapres Jokowi

Ada tiga aspek yang harus dipertimbangkan Jokowi untuk memilih cawapres.

Rep: Hartifiany Praisra/ Red: Karta Raharja Ucu
Presiden Jokowi dan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj.
Foto: Dokumen Said Aqil Siroj Institute
Presiden Jokowi dan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Joko Widodo dinilai perlu berhati-hati memilih calon wakil presien yang akan mendampinginya pada pilpres 2019. Setidaknya, menurut Direktur Said Aqil Siroj Institute, Imdadun Rahmat, ada tiga aspek yang harus dipertimbangkan Jokowi.

"Tiga aspek itu yakni konsolidasi pemilih Muslim, penguatan sektor ekonomi, serta stabilitas politik dan keamanan," kata Imdadun dalam keterangan tertulisnya, Selasa (13/3).

Imdadun mengatakan, berdasarkan tiga aspek tersebut, ada sejumlah nama yang dianggap menjadi pendamping Jokowi dalam pertarungan tahun depan. Salah seorang yang menurut Imdadun layak mendampingi Jokowi adalah Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj.

Said Aqil dinilai Imdadun sebagai salah satu pemikir Islam moderat yang sangat berpengaruh di dunia. Ia mengklaim, dalam portofolio keberpihakan Said Aqil pada kepentingan umat tercatat dengan baik oleh publik. Hal itu, menurut dia, akan menyempurnakan posisi Jokowi pada Pilpres 2019.

"Pasangan ini dapat dianggap paling komplementer," kata Imdadun.

Selain Said Aqil, muncul nama Ketua Umum Perindo Harry Tanoesoedibjo. Alasannya, selain pebisnis andal, HT juga memiliki pengaruh dalam ruang politik. "Visi dan misi kebangsaan HT juga seiring dengan revolusi mental Pak Jokowi," ujar Imdadun.

Sosok selanjutnya adalah mantan panglima TNI, Jenderal (Purn) TNI Moeldoko. Kepala Staf Kepresidenan itu juga diyakini bisa menunjukan kepiawaiannya dalam menjaga stabilitas politik.

SAS Institute, kata Imdadun, menilai nama-nama tersebut adalah sosok yang layak mendampingi Jokowi. "Tentu penilaian kami berbasis kinerja dan popularitas. Di waktu yang sama, sosok-sosok itu memiliki akseptabilitas baik dalam persepsi publik," kata Imdadun.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement