REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kota Surabaya menjadi tuan rumah Internasional Growing Up Urban Making Cities Safe and Sustanable for Every Child atau biasa disebut Kota Layak Anak yang akan digelar di Surabaya pada 6-8 Mei 2018.
Chief of Communication and Public Advocacy UNICEF Marc Vegara, di Surabaya, Rabu (14/3), mengatakan inti pertemuan antar-wali kota se-asia pasifik yang digagas Pemkot Surabaya dan UNICEF untuk berdiskusi, saling tukar ilmu dan berbagi untuk mencari solusi dari problem-problem yang dialami setiap kota tentang kondisi anak di perkotaan.
"Mulai sekarang harus dipikirkan bagaimana perencanaan dan kontrol bagi anak, jika tidak dilakukan akan sangat membahayakan," katanya.
Selain itu, lanjut dia, Marc menuturkan, pentingnya acara ini untuk segera dibahas karena dirinya kerap melihat dan mendengar permasalahan anak di kota berbagai kota di dunia.
"Saya mencontohkan kejadian di sebuah kota bernama zero day yang ada di Afrika Selatan. Di sana air telah mati dan meminta kepada rakyatnya untuk mencari air sendiri. Lalu bagaimana dengan anak-anak, tidak mungkin mereka bisa hidup tanpa air. Itu sangat menakutkan," katanya.
Kepala Perwakilan UNICEF untuk Wilayah Jawa Arie Rukmantara mengatakan, acara ini akan mempertemukan 11 wali kota dari 8 negara se-asia pasifik yang dikemas dalam bentuk diskusi untuk membahas visi para wali kota dalam membangun kota layak anak jangka panjang.
"Diskusi ini sangat penting karena akan menghasilkan kebijakan yang difokuskan pada kehidupan anak di masa depan," kata Arie.
Disampaikan Arie, akan ada empat topik yang dibahas dalam diskusi kota layak anak di antaranya mengukur investasi terhadap kepentingan anak dan remaja, perencanaan kota yang mampu merespons kebutuhan anak dengan cepat dan fokus terhadap kebutuhan anak.
Selain itu, kebijakan tata kota penganggaran dan intervensi untuk anak dan remaja serta merumuskan dan berkomitmen untuk memberikan solusi guna mewujudkan hasil diskusi selama sehari.
"Dari hasil diskusi ini, diharapkan wali kota Asia Timur dan seluruh dunia benar-benar berkomitmen untuk mewujudkan sekaligus menemukan solusi bagi kehidupan anak di kota," kata Arie.
Mengingat diskusi ini sifatnya serius dan detail untuk mencari solusi serta problem yang dialami anak-anak di kota, Arie menuturkan pemkot dan UNICEF hanya mengundang 11-12 wali kota se-asia pasifik serta menyiapkan beberapa orang yang akan dijadikan moderator untuk mengarahkan jalannya diskusi antarwali kota agar tujuan yang diinginkan tercapai. "Kami akan hadirkan praktisi dan para ahli sesuai bidang masing-masing," katanya.
Selain itu, kata Arie, wali kota yang hadir dalam forum diskusi tersebut dipilih oleh Pemkot Surabaya dan UNICEF. "Sebenarnya, acara ini diawali ketika Ibu Risma meminta kepada UNICEF untuk mengumpulkan para wali kota agar terwujud pelayanan yang baik bagi anak," katanya.
Adapun negara-negara yang hadir diperkirakan 80 orang di antaranya Hong Kong, Vietnam, Malaysia, Brunei, Kamboja. Sedangkan dari dalam negeri hanya Kota Surakarta yang diundang. "Surakarta kami undang karena mereka memiliki tata kelola kota dan perlindungan anak yang baik seperti Surabaya," katanya.