Kamis 15 Mar 2018 02:08 WIB

Lemhanas Sebut Hoaks Jadi Ancaman Terbesar Pilkada

Lemhanas berharap pemilu berlangsung dengan damai.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Nur Aini
Letnan Jenderal (Purn) TNI Agus Widjojo sesaat sebelum pelantikan menjadi Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Jumat (15/4).
Foto: Republika/ Wihdan
Letnan Jenderal (Purn) TNI Agus Widjojo sesaat sebelum pelantikan menjadi Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Jumat (15/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) Letnan Jenderal (Purn) TNI Agus Widjojo merasa hoaks merupakan ancaman terbesar bagi ketahanan nasional dalam menghadapi pilkada 2018. Ia berharap, tradisi pemilu damai dapat terus dilanjutkan masyarakat Indonesia.

"Saya rasa hoaks adalah yang terbesar. Hoaks itu merupakan sebuah medium untuk menyalahgunakan tema-tema yang punya daya pemantik emosi yang tinggi pada warga masyarakat," kata Agus di Gedung Lemhanas RI, Jakarta Pusat, Rabu (14/3).

Hoaks, kata Agus, melahirkan fanatisme bagi siapa saja yang mempercayai kebohongan itu. Oleh karena itu, menurutnya, apabila semua pihak yang terlibat dalam pilkada dapat melaksanakan peran dan fungsi yang sesuai dengan peraturan yang ada, maka hoaks atau ancaman lainnya akan dapat dihindari.

"Apakah itu calon, pemilih, atau parpolnya itu melaksanakan peran yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan, saya rasa semua akan berjalan lancar," tuturnya.

Ia berharap, masyarakat Indonesia dapat terus melanjutkan tradisi pelaksanaan pemilu yang damai dan tak pernah melahirkan konflik, apalagi konflik berdarah. Kedamaian tersebut menjadi suatu hal yang kerap diapresiasi, bahkan dikagumi, oleh dunia terhadap Indonesia.

"Selama demokrasi, Indonesia melaksanakan transisi kepemimpinan nasional melalui pemilu dan semua bisa dilaksanakan dengan baik tanpa ada konflik, tanpa ada pertumpahan darah," ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement