REPUBLIKA.CO.ID, GHOUTA TIMUR -- Warga yang membutuhkan pengobatan meninggalkan daerah terkepung Ghouta timur di Suriah untuk hari kedua berturut-turut pada Rabu (14/3). Mereka pergi di bawah kesepakatan pengungsian untuk kesehatan.
Yasser Delwan, kepala urusan politik dari pihak militan, Jaish al-Islam di Ghouta timur, mengatakan bahwa sekitar 25 warga sakit meninggalkan daerah kantong itu pada Rabu. "Sejauh ini, kesepakatan tersebut berjalan lancar," ujar Delwan.
Televisi pemerintah Suriah mengatakan bahwa kelompok baru warga melewati daerah kekuasaan oposisi melalui jalur al-Wafideen, meskipun tidak menjelaskan apakah pengungsian itu untuk alasan kesehatan.
Pemerintah Suriah berusaha merebut Ghouta timur, daerah besar terakhir yang dikuasai militan di dekat Damaskus, dalam serangan sengit sejak pertengahan Februari. Pertempuran itu menjadi salah satu yang paling berdarah dari perang tersebut, dengan militan mengalami kekalahan terburuk sejak pertempuran Aleppo pada 2016.
Sekelompok warga yang sakit dan terluka meninggalkan Ghouta timur pada Selasa di bawah pengungsian kesehatan pertama sejak serangan tersebut dimulai. Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan 400 ribu warga terjebak di Ghouta timur dengan sedikit makanan atau obat. PBB juga meminta pengungsian mendesak bisa dilakukan terhadap 1.000 orang untuk alasan pengobatan.
Baca juga: Italia Kecam Serangan terhadap Perdana Menteri Palestina