REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sastra memiliki peran yang sangat pentig dalam sejarah bangsa Indonesia. Sastra sekaligus menjadi penegas majunya fantasi berpikir orang-orang Indonesia jaman dulu, jauh melebihi orang-orang ternama dari Eropa.
Gatot Kaca, jadi salah satu karya sastra yang seakan menjadi bukti majunya kesastraan Indonesia. Pasalnya, Gatot Kaca menerangkan orang-orang Indonesia dulu sudah jauh berpikir kalau terbang bukanlah sesuatu yang tidak mungkin dilakukan.
"Sebelum ada pikiran tentang pesawat terbang, nenek moyang kita sudah memiliki fantasi tentang Gatot Kaca," kata Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Sutrisna Wibawa, Rabu (14/3).
Sayangnya, orang-orang Indonesia tidak mampu menangkap pemikiran itu sebagai sesuatu yang benar-benar bisa diwujudkan. Akibatnya, kendaraan yang dapat melintasi langit luas banyak dikembangkan penemu-penemu Timur Tengah dan Eropa.
Melompat jauh setelah itu, tersia-siakannya pikiran seorang jenius bernama BJ Habibie jadi kegagalan selanjutnya dari bangsa Indonesia. Pasalnya, BJ Habibie bisa dibilang merupakan orang pertama yang mengembangkan prototipe pesawat komersil yang sekarang ada.
"Kita sudah hampir menciptakan pesawat-pesawat itu," ujar Sutrisna.
Ia berpendapat, andai saat itu Indonesia memiliki pemahaman mumpuni yang mampu menyadarkan pentingnya apa yang dilakukan BJ Habibie, bukan tidak mungkin kita yang menjadi produsen pesawat-pesawat komersil yang ada sekarang.
Sayangnya, Indonesia kembali mengulang kesalahan yang sama dengan menyianyiakan potensi besar dari mahakarya seorang jenius bernama BJ Habibie. Hasilnya, Indonesia jadi sekadar pasar yang rajin membeli ciptaan-ciptaan orang luar.
"Andai tidak, mungkin yang bertebaran sekarang bukan pesawat-pesawat seperti Wings itu, tapi pesawat-pesawat Habibie," kata Sutrisna.
Selain Gatot Kaca dan BJ Habibie, kesastraan Indonesia memiliki tokoh bernama Antareja (Ontorejo) yang memiliki kemampuan melintasi perut bumi, baik darat maupun air. Jika kita mendalami konsepnya, tentu tidak berbeda dengan konsep dari kapal selam.
Selain itu, Antereja merupakan salah satu tokoh pewayangan yang tidak ada di Mahabharata, sehingga memang asli ciptaan pujangg-pujangga Jawa. Sayangnya, seperti hobi, Indonesia lagi-lagi tidak mampu mengembangkan konsep itu menjadi kenyataan.
"Tapi itulah sastra, berpikir cepat sekali, menembus relung-relung di mana (fisik) manusia tidak bisa menembusnya," kata Sutrisna.
Menurut Sutrisna, sastra memiliki dua unsur yaitu kemanfaatan dan keindahan. Artinya, sastra selain memiliki keindahan, hampir bisa dipastikan memiliki kemanfaatan, yang tentu sangat berharga bila manusia bisa menangkap dan mengembangkannya.