Kamis 15 Mar 2018 18:06 WIB

Tiga Bulan Defisit, Pertumbuhan Indonesia Tertekan

Neraca perdagangan RI defisit sebesar 116 juta dolar AS pada Februari 2018.

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Teguh Firmansyah
Kepala BPS Suhariyanto menggelar konferensi pers di kantor BPS, Jakarta, Rabu (15/11).
Foto: Yasin Habibi/ Republika
Kepala BPS Suhariyanto menggelar konferensi pers di kantor BPS, Jakarta, Rabu (15/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menilai, pemerintah perlu mewaspadai tren defisit neraca perdagangan yang terus terjadi dalam tiga bulan terakhir. Ia mengaku, hal itu akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2018.

"Ini kan sudah dua kali defisit di Januari dan Februari. Kita tinggal punya Maret supaya pertumbuhan ekonomi triwulan pertama tidak tertarik ke bawah," ujar Suhariyanto di Jakarta, Kamis (15/3).

Untuk diketahui, neraca perdagangan Indonesia kembali mengalami defisit sebesar 116 juta dolar AS pada Februari 2018. Ini merupakan defisit perdagangan yang terjadi dalam tiga bulan secara berturut-turut.

 

Seperti diketahui, neraca perdagangan pada Januari 2018 tercatat mengalami defisit sebesar 756 juta dolar AS dan pada Desember 2017 terjadi defisit sebesar 220 juta dolar AS.

Ia mengatakan, defisit neraca perdagangan dipicu oleh defisit sektor migas sebesar 869,7 juta dolar AS, meski neraca perdagangan sektor nonmigas surplus 753,7 juta dolar AS. Secara kumulatif, defisit neraca dagang Januari hingga Februari 2018 semakin melebar menjadi 872 juta dolar AS.

Nilai ekspor Februari 2018 mencapai 14,1 miliar dolar AS atau mengalami penurunan sebesar 3,14 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara, jika dibandingkan dengan Februari 2017, terjadi peningkatan ekspor sebesar 11,76 persen.

Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia pada Januari hingga Februari 2018 mencapai 28,65 miliar dolar AS atau meningkat 10,13 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Sementara, nilai impor Februari 2018 mencapai 14,21 miliar dolar AS atau turun 7,16 persen dibandingkan Januari 2018. Jika dibandingkan dengan Februari 2017 meningkat 25,18 persen.

Struktur impor Indonesia pada Februari 2018 masih didominasi oleh golongan bahan baku sebesar 74,43 persen. Kemudian barang modal sebesar 15,85 persen, dan barang konsumsi sebesar 9,72 persen.

Impor bahan baku pada Februari 2018 tercatat sebesar 10,58 miliar dolar AS atau turun 7,74 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Impor barang modal juga turun 9,19 persen dibandingkan bulan sebelumnya dengan nilai impor sebesar 2,25 miliar dolar AS.

 

Sementara, impor barang konsumsi tercatat sebesar 1,38 miliar dolar AS atau naik 1,36 persen dibanding bulan sebelumnya. Secara kumulatif, nilai impor Januari hingga Februari 2018 tercatat sebesar 29,52 miliar dolar AS atau meningkat 26,58 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

 

Baca juga, Tak Biasa, Neraca Perdagangan RI Defisit Tiga Bulan Berturut.

 

Suhariyanto mengatakan, penurunan nilai impor yang lebih tajam dibandingkan ekspor pada Februari 2018 belum mampu mengkompensasi defisit neraca dagang. Meski begitu, ia mengaku, defisit Februari 2018 sudah lebih tipis dibandingkan Januari 2018.

"Tentunya kalau kita lihat defisit Januari dan Februari (pertumbuhan ekonomi) agak tertekan ke bawah ya. Tetapi kita masih lihat bulan Maret. Mudah-mudahan, surplusnya bisa mengkompensasi," ujar Suhariyanto.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement