Kamis 15 Mar 2018 05:15 WIB

BI: Tak Ada Kerugiaan Akibat Pelemahan Rupiah

Korporasi lebih hati-hati melakukan pinjaman ke luar negeri.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Teguh Firmansyah
Petugas menghitung uang rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Rabu (14/3).
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Petugas menghitung uang rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Rabu (14/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menyatakan, tidak ada kerugian terkait Utang Luar Negeri (ULN) yang disebabkan oleh pelemahan mata uang rupiah terhadap dolar AS. Pasalnya, baik ULN Pemerintah maupun swasta telah dilakukan lindung nilai atau hedging.

"Kerugian tidak ada. Hal itu karena utangnya sudah dilindung nilai," ujar Direktur Departemen Statistik BI Tutuk SH Cahyono di Jakarta, Kamis, (15/3).

Ia menjelaskan, kesadaran korporasi untuk melakukan hedging semakin meningkat. Dengan adanya aturan tersebut, kata dia, korporasi pun lebih berhati-hati dalam melakukan pinjaman luar negeri.

Berdasarkan data BI, pada kuartal III 2017, sebanyak 89,8 persen perusahaan yang memiliki ULN jatuh tempo dalam tiga bulan telah melakukan hedging. Kemudian perusahaan yang mempunyai jatuh tempo ULN dalam tiga sampai enam bulan sudah hampir 94 persen yang melakukan hedging.

Lebih lanjut Tutuk menyebutkan, ULN Indonesia pada akhir Januari 2018 mencapai 357,5 miliar dolar AS. Jumlah itu naik 10,3 persen year on year (yoy).

Ia menjelaskan total ULN tersebut mencakup ULN pemerintah dan bank sentral sebesar 183,4 miliar dolar AS. Lalu sebanyak 174,2 miliar dolar AS merupakan ULN swasta.

"Kenaikan ULN Indonesia per akhir Januari di antaranya didorong oleh penarikan utang swasta. Terutama di sektor jasa keuangan dan industri yang banyak digunakan untuk biayai infrastruktur," jelas Tutuk.

Pertumbuhan ULN Indonesia pada akhir Januari 2018, kata dia, bersumber daei pertumbuhan ULN sektor swasta sebesar 6,8 persen. Sedangkan pertumbuhan ULN pemerintah dan bank sentral sebesae 13,7 persen.

Kemudian berdasarkan jangka waktu asal, menurut dia, utang luar negeri Indonesia pada akhir Januari 2018 tetap didominasi ULN berjangka panjang. Dengan pangsa 85,9 persen dari total utang luar negeri.

Secara tahunan, ULN berjangka panjang meningkat dari 8,9 persen (yoy) pada Desember 2017 menjadi sembilan persen (yoy) pada Januari 2018. Sementara pertumbuhan ULN jangka pendek melambat. Dari 19,8 persen menjadi 18,3 persen (yoy)," kata Tutuk.

 

Baca juga, Kenaikan Jumlah Utang Indonesia ke Cina dari Tahun ke Tahun.

 

"Kita terus pantau ULN kita. Agar memang bisa berperan optimal dalam mendukung pembiayaan pembangunan tapi tidak mengorbankan stabilitas perekonomian," tegas Tutuk.

Sebagai informasi, berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), hari ini kurs rupiah berada di level Rp 13.748 per dolar AS. Angka itu terdepresiasi dari posisi rupiah kemarin yang sebesar Rp 13.739 per dolar AS

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement