Jumat 16 Mar 2018 00:11 WIB

Bursa Tenaga Kerja AS Membaik Meski Inflasi Rendah

Pertumbuhan ekonomi pada Februari menyediakan lapangan kerja sebanyak 313 ribu.

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Andi Nur Aminah
Gedung Federal Reserve Amerika (ilustrasi)
Foto: Reuters/Jonathan Ernst
Gedung Federal Reserve Amerika (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Jumlah aplikan manfaat pengangguran di AS mulai turun dan menunjukkan perbaikan jumlah penduduk bekerja meski pertumbuhan ekonomi AS agak melambat di kuartal pertama 2018. Peningkatan harga barang impor pada Februari di tengah pelemahan dolar AS dan naiknya harga komoditas mengakibatkan ekspektasi inflasi akan mulai naik pada 2018 ini.

Harga barang impor juga diprediksi akan terus naik setelah Presiden AS Donald Trump resmi mengenakan tarif impor alumunium dan baja, demikian dilansir Reuters, Kamis (15/3). Bursa tenaga kerja menunjukkan tanda positif dan peningkatan stabil pada tekanan harga dapat memicu kenaikan suku bunga The Federal Reserve usai rapat bulanan pada 20-21 Maret 2018 mendatang.

Bank sentral AS tersebut memprediksi mereka akan menaikkan suku bunga hingga tiga kali tahun ini. Namun sebagian ekonom yakin kenaikan suku bunga oleh The Fed akan mencapai empat kali.

"Tekad yang kuat dari sektor swasta untuk menahan tenaga kerja merupakan tanda baik. Sejauh ini, kita berharap akan ada peningkatan serapan tenaga kerja lagi pada Maret dan tingkat pengangguran bisa turun hingga empat persen," ucap Kepala Ekonom RDQ Economics di New York John Ryding.

Pertumbuhan ekonomi pada Februari berhasil menyediakan lapangan kerja sebanyak 313 ribu pada Februari dan tingkat pengangguran mencapai 4,1 persen. Sejauh ini, pemerintah AS mengklai penurunan jumlah aplikan manfaat bagi penangguran sebanyak 4.000 orang dan secara musiman mencapai 226 ribu.

Dengan angka pengakses manfaat penangguran di bawah 300 ribu orang, pemerintah AS mengindikasikan kuatnya bursa tenaga kerja selama 158 pekan terakhir. Ini merupakan performa terbaik sejak 1970.

Para ekonom optimistis dengan kondisi bursa pekerja akan ikut mengerek kenaikan upah tahun ini. Dampaknya diharapkan berlanjut pada peningkatan belanja rumah tangga.

Pemerintah AS melaporkan, pekan ini penjualan ritel di AS turun selama tiga bulan berturut. Sementara pertumbuhan PDB di kuartal pertama juga diprediksi rendah 1,7 persen saja secara tahunan.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement