Jumat 16 Mar 2018 01:46 WIB

24 Kampung di Kabupaten Bogor Nyaris Terisolasi

Ini menghambat warga dalam menjangkau aliran listrik, layanan pendidikan, kesehatan.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Andi Nur Aminah
Warga Cihideung, Cibanteng, Ciampea, Bogor, Jawa Barat.
Foto: Antara/Jafkhairi
Warga Cihideung, Cibanteng, Ciampea, Bogor, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, CIBINONG -- Total 24 kampung dari 11 desa di Kabupaten Bogor nyaris terisolasi karena tidak memiliki akses jalan dan alat transportasi yang memadai. Kondisi ini disebut menghambat warga dalam menjangkau aliran listrik, layanan pendidikan dan kesehatan.

"Targetnya 24 kampung itu bisa selesai ditangani tahun ini. Sudah disiapkan anggaran Rp 10 miliar dari anggaran daerah 2018." ujar Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) Kabupaten Bogor Deni Ardiana dalam keterangan yang didapat Republika.co.id, Kamis (15/3).

Deni juga menyatakan jumlah kampung yang nyaris terisolasi sebetulnya mencapai 39 kampung pada 2016 lalu. Pemerintah daerah dilokasi tersebut diakui hanya mampu mengurangi sebanyak 15 kampung pada 2017 dengan anggaran Rp 3,8 miliar. Target 24 kampung ini dikatakan sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2013-2018.

Penduduk kampung juga sulit untuk menjangkau daerah luar akibat kondisi jalan yang berupa jalan setapak. Jalan yang belum diperkeras akan menyulitkan kendaraan bermotor untuk melintas terlebih saat malam hari karena belum ada fasilitas penerangan. "Untuk pembiayaan sudah disiapkan dari APBD Kabupaten Bogor, APBDes, hingga Bantuan Keuangan dari pemerintah provinsi," lanjutnya.

Deni juga mendorong tiap desa dapat mengelola keuangan secara swadaya untuk membangun akses yang lebih layak. Desa yang masih tercatat masih ada kampung yang hampir terisolasi menurut data DPMD berada di wilayah Barat dan Timur Kabupaten Bogor. Keterbatasan jangkauan membuat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) masyarakat setempat terhitung relatif rendah.

Menurut data Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, IPM dan angka Rata-rata Lama Sekolah (RLS) masih rendah di desa yang kekurangan akses. Di wilayah Timur seperti Kecamatan Sukamakmur (51,51), Kecamatan Tanjungsari (56,39), Cariu (58,94), dan Jonggol (64,94). Sedangkan di Barat seperti di daerah Cigudeg (57,89), Ciampea (66,40), dan Sukajaya (52,61).

Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Bogor Ajat Rohmat Jatnika menyatakan IPM yang baik bila berada di atas 65. "Angka IPM itu turut menentukan kondisi ekonomi suatu daerah. Perputaran ekonomi bisa rendah karena aksesibilitas yang kurang," ujarnya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement