Jumat 16 Mar 2018 09:52 WIB

Usai Tangkap 3 Peretas Situs, Polisi Buru 6 Pelaku Lainnya

Polisi masih melakukan pengembangan dalam kasus kelompok peretas ini

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Bilal Ramadhan
Tiga pelaku peretas 600 website yang ditangkap Polda Metro Jaya bekerjasama dengan FBI, masih berstatus mahasiswa di Surabaya, Jawa Timur.
Foto: Republika/Rahma Sulistya
Tiga pelaku peretas 600 website yang ditangkap Polda Metro Jaya bekerjasama dengan FBI, masih berstatus mahasiswa di Surabaya, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya Kombes Pol Adi Deriyan mengatakan, polisi masih memburu enam peretas website yang tergabung dalam Surabaya Black Hat (SBH). Sebelumnya polisi telah menangkap tiga pelaku sebelumnya.

"Target dari FBI sih cuma tiga, tapi setelah kita profiling, kita temukan ada sembilan sih. Tapi waktu awal mereka dilaporkan, FBI cuma kasih tiga. Waktu kita cek ada enam, dan kita cek lagi di lapangan jadi sembilan," ujar Adi saat ditemui di Mapolda Metro Jaya, Kamis (15/3).

Terkait penetapan sebagai DPO (daftar pencarian orang), Adi menyebutkan belum sampai pada tahap itu karena masih melakukan pengembangan. Sebelumnya, tiga pelaku peretas 600 website ditangkap di Surabaya, Jawa Timur.

Tiga mahasiswa ini ternyata adalah mahasiswa jurusan IT. Mereka rupanya berhasil menyusupi 43 negara dan 3.000 sistem elektronik yang ada di dunia. Ini merupakan tindak pidana, karena dilakukan secara ilegal.

"Dari seluruh data, hampir 3.000 sistem elektronik yang ada di 43 negara, berhasil mereka masuki. Termasuk Indonesia," ujar Kasubdit IV Cyber Crime Polda Metro Jaya AKBP Roberto dalam rilis yang diadakan di Ditreskrimsus Polda Metro Jaya, Selasa (13/3).

Ketiga pelaku juga mendirikan komunitas Surabaya Black Hat (SBH) dimana komunitas mereka itu terdiri dari para ahli IT. Melalui ini penangkapan ini, kepolisian mengimbau agar para ahli IT bisa melihat koridor hukumnya.

"Ini illegal intrution, maksudnya sebuah perbuatan yang tidak diizinkan oleh pemilik sistem untuk masuk ke dalamnya dan ini harus betul-betul disadari. Seorang hacker tidak masalah, tapi harus ada koridor, kita mengenal Certifite Etical Hacker, ada etikanya," papar Roberto.

Adapun negara-negara yang berhasil disusupi selain Indonesia dan Amerika, adalah Alabania, Arab Saudi, Argentina, Australia, Belanda, Belgia, Bulgaria, Ceko, Cili, Cina, Hongkong, India, Inggris, Iran, Irlandia, Italia, Jerman, Kanada dan Kepulauan Karibian. Selain itu ada Kolumbia, Korea Selatan, Libanon, Maroko, Meksiko, New Zealand, Nigeria, Pakistan, Pantai Gading, Perancis, Portugal, Rumania, Rusia, Singapur, Slovenia, Spanyol, Swedia, Taiwan, Thailand, Turki, Uni Emirat Arab, Uruguay, Vietnam.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement